PENDAHULUAN Latar Belakang Kakao
merupakan salah satu komoditas ekspor yang mampu memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Komoditas kakao menempati peringkat ketiga ekspor sektor
perkebunan dalam menyumbang devisa negara,
setelah komoditas CPO dan karet. Pada tahun 2006 ekspor kakao mencapai US$ 975 juta atau meningkat 24,2%
dibanding tahun sebelumnya dan pada
tahun 2009 juga mengalami peningkatan mencapai US$ 1,719 juta atau meningkat 35,6% (Suryani dan Zulfebriansyah,
2007). Di Indonesia tanaman kakao diperkenalkan oleh
orang Spanyol pada tahun 1560 di
Minahasa, Sulawesi. Ekspor dari pelabuhan Manado ke Manila di mulai tahun 1825 hingga 1838 sebanyak 92 ton. Nilai
ekspor tersebut dikabarkan menurun
karena adanya serangan hama pada tanaman kakao. Tahun 1919 Indonesia mamapu mengekspor sampai 30 ton,
tetapi setelah tahun 1928 ternyata ekspor
tersebut terhenti (Hartobudoyo, 1995).
Dari biji-biji kakao ini, dengan
perlakuan pascapanen, termasuk proses pengolahan
dan pengeringan akan dihasilkan biji-biji kakao kering yang siap dikirim ke pabrik pengolah (prosesor). Oleh
pengolahan, biji kakao diolah menjadi
produk-produk setengah jadi dan produk-produk sudah jadi (Soedarsono, 1995).
Kakao Indonesia mengalami
perkembangan cukup pesat. Tahun 1969-1970, produksi kakao Indonesia hanya
sekitar 1 ton atau peringkat ke-29 dunia (FAO,1972) kemudian meningkat menjadi sekitar
16 ton atau peringkat ke-16 pada tahun
1980-1981 (Soenaryo, 1983).
Universitas Sumatera Utara Iklim dan kontur tanah Indonesia khnya di
Sumatera sangat sesuai untuk
pengembangan tanaman kakao. Hal ini dapat dibuktikan dengan luas lahan yang terus meningkat dan produktivitas yang
terus membaik. Harga komoditas ini juga
terus meningkat dan berada pada level yang tinggi yang menyebabkan banyak petani beralih ke komoditas ini
(Suryani dan Zulfebriansyah, 2007).
Menurut Mulyani dkk (2001) tanah
yang digunakan untuk pembibitan kakao
adalalah tanah subsoil yang banyak tersedia dan dapat digunakan sebagai media tumbuh bagi bibit, namun lapisan tanah
bawah ini miskin bahan organik.
Selain itu tumpukan partikel liat
yang berbentuk koloid dan bahan mineral seperti Fe, Al, Ca, dan S menjadikan lapisan ini lebih padat,sehingga menghambat pergerakan udara dan air.
Penambahan bahan organik sebagai
pupuk kedalam tanah yang miskin hara
seperti tanah lapisan bawah (subsoil) yang digunakan sebagai media tumbuh bibit dapat dilakukan dengan pemberian
trichokompos. Sutedjo dan Kartasapoetra (1991)
yang menyatakan kompos merupakan hasil pelapukan dari bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan dan hewan yang
merupakan gudang nutrisi bagi tanaman.
Trichokompos merupakan semua bahan organik yang dalam
proses pengomposannya ditambahkan dengan
mikro organisme (cendawan antagonis Trichoderma).
Trichoderma selain sebagai dekomposer juga berfungsi untuk pengendali organisme pengganggu tanaman (OPT)
tular tanah dan sebagai zat pengatur
tumbuh. Tricokompos berbahan tandan kosong kelapa sawit ini diharapkan
dapat dijadikan alternatif pengganti
pupuk kimia serta dapat menunjang
pertanian organikramah lingkungan ( Dinas Pertanian Jambi, 2009).
Universitas Sumatera Utara Trichokompos TKKS mengandung unsur hara makro
dan mikro lengkap yang berfungsi untuk memuda hkan pertumbuhan akar tanaman,
menyimpan air tanah lebih lama dan
meningkatkan daya ikat tanah terhadap air.Tanah menjadi gembur dan tidak padat, aerasi tanah bagus,
penyimpanan unsur hara oleh tanaman
menjadi lebih mudah.Menambah daya serap air dan memperbaiki kehidupan mikroorganisme dalam tanah. Harga
relatif lebih murah dan dapat dibuat
sendiri serta ramah lingkungan.
Produktivitas dengan menggunakan trichokompos
hasil lebihmeningkat 1-2 ton/ha(Dinas Pertanian Jambi, 2009).
Pupuk NPK merupakan hara penting
bagi tanaman. Nitrogen merupakan unsur
hara utama bagi pertumbuhan tanaman, yang pada umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan
bagian-bagian vegetatif tanaman seperti
daun, batang dan akar. Nitrogen merupakan komponen penyn dari banyak senyawa esensial bagi tumbuhan,
misalnya asam asam amino. Karena setiap
molekul protein tersn dari asam-asam amino dan setiap enzim adalah protein maka nitrogen merupakan unsur penyn
protein dan enzim. Fosfor berperan dalam
berbagai proses fisiologis di dalam tanaman seperti fotosintesis dan respirasi dan sangat membantu perkembangan
perakaran dan mengatur pembungaan.
Kalium berperan dalam aktivitas berbagai enzim yang esensial dalam reaksi – reaksi fotosintesis dan
respirasi serta untuk enzim yang terkait dalam sintesis protein dan pati (Lakitan,
1993).
Berdasarkan uraian diatas, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian
untuk mengetahui pengaruh media tanam dan pemberian pupuk NPK terhadap
pertumbuhan kakao di masa pembibitan.
Universitas Sumatera Utara Tujuan Penelitian Untuk mengetahui
pengaruh media tanam dan pemberian pupuk
NPK(16:16:16) terhadap pertumbuhan kakao
dipembibitan.
Hipotesa Penelitian Ada pengaruh
trichokompos TKKS media tanam dan pemberian pupuk NPK (16:16:16) serta interaksi kedua faktor
tersebut.
Kegunaan Penelitian Penelitian
ini berguna untuk mendapatkan data penysnan skripsi
0 komentar:
Posting Komentar