BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG Terjadinya menstruasi pada wanita bisa menjadi
hal yang menggembirakan apabila
menstruasi menjadi salah satu penanda bermulanya usia reproduktif bagi wanita. Periode ini pada wanita khcontoh
makalahsnya pada remaja secara fisiologis disebut periode
menarche yaitu masa timbulnya
menstruasi atau haid
untuk pertama kalinya,
dimana selanjutnya fase
menstruasi ini akan
terjadi secara siklik
setiap bulannya. Secara
fisiologis, menstruasi
terkait dengan regulasi
hormonal yang terkait
dengan aksis hipotalamus-hipofisis dan
ovarium (HPO axis).
Sistem ini diregulasi dalam suatu sistem endokrin yang
akan menghasilkan suatu siklus yang disebut
siklus menstruasi (Siregar, 2012).
Menurut Depkes RI (2007) dalam Siregar (2012),
wanita usia reproduktif merupakan wanita
yang berusia 15-49 tahun, di mana wanita pada usia ini masih berpotensi
untuk dapat mempunyai
keturunan. Di Malaysia, menurut
Jabatan Perangkaan Malaysia
(2011), wanita usia
reproduktif mewakili sebanyak
55,4% daripada seluruh
wanita dan 26,9%
daripada seluruh rakyat
Malaysia. Pada sebagian
wanita, masa menstruasi
dapat menjadi masa-masa
yang menyiksa, dikarenakan
adanya gangguan pada
siklus menstruasi mereka.
Kumpulan dari berbagai gejala yang terjadi menjelang
menstruasi ataupun sampai saat menstruasi terjadi disebut sindroma premenstruasi
(premenstrual syndrome/PMS) (Kraemer, 1998
dalam Siregar, 2012).
Sindroma premenstruasi adalah kejadian
gejala-gejala somatik, psikis, dan emosional
secara siklus yang berlangsung semasa fase luteal (premenstruasi) dari siklus menstruasi dan menghilang saat
terjadinya menstruasi (Monga dan Dobbs, 2011). Sindroma
ini pertama kali
diperkenalkan oleh Frank
pada 1931 di
mana Frank mencoba untuk
mengaitkan hubungan antara tegangan prahaid (premenstrual tension)
dan perubahan hormonal pada
siklus menstruasi dan
pada 1953, istilah Contoh makalah
sindroma premenstruasi digunakan oleh Dalton. Gejala-gejala sindroma ini
berbeda pada setiap wanita dan lebih
dari 150 gejala telah dikaitkan dengan sindroma ini (Katz, 2007). Keluhan-keluhan ini biasanya
mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum
datangnya haid dan
menghilang sesudah haid
datang, walaupun kadang-kadang
berlangsung terus sehingga
haid berhenti (Wiknojosastro, Saifuddin, Rachimhadi, 2007).
Pada
satu laporan epidemiologi
oleh Mishell (2005)
di United States, diperkirakan sebanyak 70% hingga 90% wanita
usia reproduktif di United States mengalami sekurang-kurangnya satu
keluhan yang tidak
nyaman pada fase premenstruasi.
Satu studi epidemiologi menyimpulkan bahwa 20-40% wanita pada usia remaja merasakan kurang sehat pada fase
luteal akhir dan fase menstrual dini (Greenspan
et al., 1998 dalam Siregar, 2013) dan pada studi yang lain menyatakan dianggarkan 20% wanita usia remaja menderita
gejala-gejala sindroma menstruasi yang sedang
hingga berat (Freeman,
2005 dalam Siregar,
2013). Menurut Essel (2007)
di dalam Siregar (2013), satu studi besar yang disponsor oleh WHO pada 1981 menunjukkan gejala-gejala sindroma
premenstruasi diderita oleh 23% wanita Indonesia.
Di Malaysia, satu studi yang dilakukan di Negeri Sembilan pada 2247 wanita
menyatakan angka kejadian
sindroma premenstruasi ialah
74,6%; 68,2% menderita
sindroma premenstruasi ringan
dan 6,4% menderita
sindroma premenstruasi
sedang-berat (Lee, Chen, Lee dan Kaur, 2006).
Menurut
Halbreinch et al
(2003) dalam Mishell
(2005), sindroma premenstruasi
bisa dialami oleh
seorang wanita pada
setiap tahap dalam
usia reproduktifnya – mulai usia
sekitar 14 tahun, atau sekitar 2 tahun selepas pertama kali mendapat haid (menarche) dan berlanjut
hingga usia sekitar 51 tahun, usia di mana menopause
selalunya terjadi. Keluhan-keluhan terdiri
atas gangguan emosional berupa iritabilitas, gelisah,
insomnia, nyeri kepala, perut kembung, mual, pembesaran dan rasa nyeri pada mamma, dan
sebagainya. Pada wanita Asia, gejalagejala
yang sering dikeluhkan
ialah nyeri sendi,
otot dan punggung
(27,95%), keram dan nyeri abdomen
(25,12%), rasa nyeri
di mamma (19,47%),
dan irritabilitas (19,38%)
(Dennerstein, Lehert, Keung, Pal, dan Choi, 2010).
Contoh makalah
Pada tahun 2000, American College Of Obstetric and Gynecology (ACOG) telah membuat satu panduan kriteria diagnostik
untuk sindroma premenstruasi yang dihasilkan oleh
University of California di
San Diego (UCSD)
dan National Institute of Mental Health(NIMH). Seorang
wanita akan didiagnosa mengalami sindroma
premenstruasi apabila dia mengalami satu atau lebih gejala afektif atau somatik yang memberikan dampak negatif pada
fungsi dan cara hidupnya, berlaku lima
hari sebelum menstruasi, dan berlangsung selama 3 siklus.
Berbagai faktor bisa meningkatkan risiko wanita
untuk menderita sindroma premenstruasi.
Salah satunya ialah ras. Hanya sedikit penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh perbedaan ras atau etnik
melainkan sindroma premenstruasi ini berlaku
pada semua ras atau etnik yang diteliti. Menurut data daripada satu studi oleh
health maintenance organization
(HMO) pada 1194 wanita tentang tingkat keparahan
sindroma premenstruasi di
California, didapati Hispanik
mengalami simptom-simptom yang
lebih berat daripada mereka yang berkulit putih atau hitam, dan wanita Asia dilaporkan kurang (Katz,
Lentz, Lobo dan Gershenson, 2007).
Faktor
usia juga mempengaruhi
sindroma premenstruasi ini.
Beberapa orang berpendapat
bahwa wanita muda
lebih rentan mendapat
sindroma premenstruasi (Benton,
2002; Mortola, 2002
dalam Mahmoodi et
al, 2010).
Menurut beberapa sumber, sindroma
premenstruasi sering berlaku di antara usia 20 dan 40 tahun (Rasheed and Al Sowielem, 2003
dalam Mahmoodi et al, 2010). Di Pelotas,
Rio Grande do Sul State, Brazil, satu studi populasi dasar pada tahun 2003 mendapati
bahwa terdapat hubungan
berbanding terbalik di
antara prevalensi sindroma premenstruasi dan usia wanita (Silva,
Gigante, Carret dan Fassa, 2006 dalam
Silva, Gigante dan Minten, 2008).
Hubungan
antara usia menarche dan
sindroma premenstruasi secara biologisnya
dapat diterima, mempertimbangkan seorang
wanita yang menarche pada usia yang lebih muda lebih awal
terpapar kepada tingkat hormon yang lebih tinggi.
Pada penelitian di
Brazil, prevalensi gejala
dan sindroma premenstruasi lebih
tinggi pada wanita
yang mempunyai usia
menarche kurang dari
11 tahun, Contoh makalah
namun perbedaan ini tidak signifikan secara statistik (Silva, Gigante
dan Minten, 2008). Malah, berdasarkan
penelitian oleh Siregar pada tahun 2012 mendapati tidak ada
hubungan antara usia
menarche terhadap kejadian sindroma
premenstruasi (Siregar, 2012).
Selain itu, peningkatan indeks masa tubuh
(IMT) dapat meningkatkan angka kejadian sindroma
premenstruasi. Dalam satu
studi oleh Bertone-Johnson et al.
(2010), mereka mendapati risiko mendapat
sindroma menstruasi secara signifikan lebih
tinggi pada wanita dengan IMT melebihi 27,5 kg/m berbanding wanita yang mempunyai IMT di bawah 20,0 kg/m . Pada satu analisa univariat oleh
Sadler et al.
(2010), wanita dengan
sindroma premenstruasi mempunyai
IMT yang lebih tinggi
dan mengalami tingkat stres yang tinggi, namun pada model regresi multipel, IMT tidak lagi mempunyai hubungan dengan
sindroma premenstruasi.
Lama haid yang normal bagi seorang wanita
ialah sekitar 3-5 hari, diikuti dengan
darah sedikit-sedikit selama 1-2 hari kemudiannya dan ada yang sampai 7-8 hari
manakala panjang siklus
haid normal seorang
wanita adalah 25-32
hari (Wiknojosastro, Saifuddin,
dan Rachimhadi, 2007).
Kedua karakteristik ini menurut penelitian
Siregar (2012) menunjukkan
tidak ada hubungannya
antara lama haid dan siklus haid
dengan kejadian sindroma premenstruasi.
Berdasarkan
kriteria diagnosis sindroma
premenstruasi menurut ACOG, sindroma
premenstruasi ini berlaku lima hari sebelum menstruasi dan mengganggu aktivitas
harian penderita. Hal
ini akan menyebabkan
kira-kira 60 hari
dalam setahun penderita
sindroma premenstruasi mengalami
gejala-gejala yang tidak nyaman.
Menurut Anggraini (2007) dalam Siregar (2013),
satu studi yang dilakukan di Solo,
Indonesia berkenaan dampak
sindroma premenstruasi pada
mahasiswi akademi kebidanan
menunjukkan mahasiswi yang
menderita sindroma premenstruasi akan mengalami keluhan fisik dan
gangguan emosi. Selain itu, gejala psikobehavioral yang
sering adalah hilangnya
minat pada aktivitas
yang biasa seperti belajar, kuliah, berteman, hobi, dan
lain-lain. Sebanyak 14% sering tidak Contoh
makalah hadir kuliah disebabkan oleh
gejala sindroma premenstruasi, dan 14,9% tidak dapat menduduki ujian atau mendapat nilai yang lebih
rendah sekurang-kurangnya sekali, dan kedua-duanya
sangat berhubungan dengan
tingkat keparahan sindroma premenstruasi (Tenkir, Fisseha, dan Ayele,
2002).
Pada penelitian Siregar di Fakultas Kedokteran
Contoh makalah (CONTOH MAKALAH) (2012),
dijumpai ada hubungan
antara sindroma premenstruasi
dengan indeks prestasi akademis
mahasiswi yang mengalami sindroma premenstruasi. Dari hasil
pengujian chi-square pada penelitian
ini didapatkan nilai
p-value sebesar 0,005 yang
menunjukkan adanya hubungan
yang signifikan antara
sindroma premenstruasi terhadap
prestasi akademis mahasiswa.
Berbagai faktor yang bisa mempengaruhi
sesorang wanita itu bisa menderita sindroma premenstruasi
menjadikan peneliti berminat
untuk mengetahui apakah usia, IMT, usia pertama kali mendapat haid dan
lamanya menstruasi bisa menjadi karakteristik
untuk wanita sindroma premenstruasi. Selain itu, dampak sindroma premenstruasi
yang negatif juga
menimbulkan pertanyaan kepada
diri peneliti bagaimanakah
dampaknya pada pencapaian
akademik seorang mahasiswi kedokteran gigi yang mengalami sindroma
premenstruasi.
1.2.
RUMUSAN MASALAH Ada pun
yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian
ini adalah “Apakah
karakteristik mahasiswi kedokteran
gigi yang mengalami
sindroma premenstruasi ada
hubungannya dengan pencapaian nilai akademis?” 1.3.
TUJUAN PENELITIAN 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan
penelitian ini adalah
untuk mengidentifikasi karakteristik mahasiswi
kedokteran gigi yang
mengalami sindroma premenstruasi
dan hubungannya dengan pencapaian
nilai akademis.
Contoh makalah
1.3.1. Tujuan Khcontoh makalahs Tujuan
khcontoh makalahs dalam penelitian ini adalah : 1.
Untuk mengetahui hubungan
karakteristik mahasiswi kedokteran gigi seperti usia,
IMT, usia pertama kali
mendapat haid, siklus menstruasi, dan
lamanya menstruasi dengan
kejadian sindroma premenstruasi.
2.
Untuk mengetahui dampak
sindroma premenstruasi pada
pencapaian nilai akademis.
3.
Untuk melihat hubungan antara karakteristik mahasiswi kedokteran gigi
yang mengalami sindroma premenstruasi
dengan pencapaian nilai akademis.
0 komentar:
Posting Komentar