Rabu, 18 Februari 2015
Download Skripsi Kedokteran:Hubungan Obesitas dengan Peningkatan Kadar Gula Darah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obesitas didefinisikan sebagai keadaan patologis sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh dengan peningkatan berat badan melebihi batas kebutuhan skeletal dan fisik (Dorland, 2002). Obesitas merupakan masalah yang muncul pada beberapa dekade terakhir. WHO menggambarkan bahwa 400 juta orang dewasa di dunia mengalami obesitas dan memperkirakan pada tahun 2015 nanti akan meningkat sampai 700 juta orang (WHO, 2004). Menurut Wicaksono (2001) dalam Chastanti (2009), pada awalnya obesitas banyak dibicarakan hanya pada negara dengan pendapatan tinggi, tetapi sekarang obesitas dan kelebihan berat badan juga meningkat secara cepat di negara dengan pendapatan rendah sampai menengah. Di Indonesia, menurut Sugih dalam Salim dalam Wandansari (2007) dalam Andreas (2010) angka kejadian yang mengalami obesitas menunjukkan kenaikan pada tahun 1999 yaitu 15%-20%, tetapi pada tahun 2002 kejadian obesitas tersebut meningkat menjadi 22%-24%, jadi sekitar 48-53 juta penduduk Indonesia mengalami obesitas. Sedangkan di Kota didapati pada kelompok sosial menengah-atas pada tahun 2002-2003 prevalensi overweight sebesar 54,0% dan obesitas 10,3%.Perubahan gaya hidup pada golongan tertentu menyebabkan masalah gizi lebih berupa kegemukan dan obesitas (Almatsier, 2006). Perubahan dalam gaya hidup, terutama di perkotaan, karena adanya perubahan pola makan. Pola makan tradisional yang tadinya tinggi karbohidrat, tinggi serat dan rendah lemak berubah ke pola makan baru yang rendah karbohidrat, tinggi lemak sehingga menggeser mutu makanan ke arah yang tidak seimbang sehingga timbul masalah gizi berlebih atau obesitas.Secara umum dampak yang ditimbulkan akibat obesitas adalah gangguan psiko-sosial yang berakibat pada rasa rendah diri terhadap lingkungan, dan gangguan pertumbuhan fisik, gangguan pernapasan, gangguan endokrin.Universitas Sumatera Utara Obesitas yang menetap berakibat pada timbulnya hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes melitus dan lain sebagainya (Imam, 2005).Menurut Washilah (2004) dalam Amsriza (2007) menurunnya massa tubuh dan meningkatnya lemak tubuh menimbulkan kecenderungan penurunan aksi insulin pada jaringan sasaran. Penelitian Zhong (2011) menyatakan bahwa reaksi inflamasi berperan dalam menimbulkan resistensi insulin pada kejadian obesitas. Resistensi insulin ini menimbulkan penurunan aksi insulin sehingga berakibat glukosa sulit memasuki sel. Hal ini menimbulkan peningkatan kadar glukosa dalam darah. Peningkatan kadar gula darah disertai dengan penurunan aksi insulin ini akan mencetuskan gangguan metabolisme berupa diabetes melitus (DM).Menurut Edelstein (1997) dalam Dalimunthe (2008), pada awalnya resistensi insulin belum menyebabkan diabetes klinis, dimana sel β pankreas masih dapat mengkompensasi, sehingga terjadi hiperinsulinemia dengan kadar glukosa darah masih normal atau sedikit meningkat. Kemudian bila sudah terjadi kelelahan sel β pankreas, baru timbul DM klinis yang ditandai dengan kadar gula darah yang meningkat. Penelitian Rao (2004) dalam Dalimunthe (2008) menyebutkan 70% kejadian Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT) akan menjadi penderita DM dalam jangka 6-10 tahun kemudian. Oleh sebab itu, diagnosis dini dan terapi awal yang efektif akan dapat memperlambat atau mencegah berkembangnya menjadi DM dan komplikasi lainnya.Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti hubungan antara obesitas dengan peningkatan kadar gula darah pada guru-guru SMP Negeri 3 yang merupakan faktor risiko berbagai penyakit degeneratif seperti Diabetes Melitus.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar