BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Menstruasi atau haid sama tuanya dengan sejarah umat manusia, namun sampai sekarang masih merupakan topik yang banyak menarik minat sebagian besar kalangan wanita karena setiap bulan wanita mengalami menstruasi dan sering mengalami nyeri akibat haid. Nyeri haid ini timbul bersamaan dengan menstruasi, sebelum menstruasi atau bisa juga segera setelah menstruasi (Marsden et al, 2004). Nyeri haid atau dismenore adalah gangguan ditandai dengan nyeri perut bagian bawah yang terjadi selama menstruasi, tetapi rasa sakit mungkin mulai hari ke-2 atau lebih sebelum menstruasi. Hal ini kadang-kadang dikaitkan dengan sakit kepala, mual, muntah, sakit perut yang difus, sakit punggung, malaise umum, kelemahan, dan gejala gastrointestinal lainnya. Dismenore dibagi menjadi primer dan sekunder. Dismenore primer terjadi segera setelah menarche biasanya pada 6 sampai 12 bulan pertama dan selalu berhubungan dengan siklus ovulasi sedangkan dismenore sekunder adalah nyeri menstruasi yang berhubungan dengan kelainan patologis panggul. Dismenore sering terabaikan karena dokter tidak sepenuhnya menyadari prevalensi dan morbiditasnya yang tinggi (Marsden et al, 2004). Dismenore mempengaruhi 40% sampai 70% dari wanita usia reproduksi dan merupakan salah satu penyebab yang paling sering untuk absen dari pekerjaan dan sekolah. 10% sampai 12% dari wanita, terganggu aktivitas sehari -harinya oleh karena dismenore. Kebanyakan penderita dismenore adalah wanita muda, walaupun dijumpai juga dikalangan yang berusia lanjut (Zhang & Li, 1998). Di Amerika Serikat, dismenore adalah penyebab paling utama ketidakhadiran berulang disekolah. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa, remaja dengan dismenore, mengalami penurunan pada prestasi akademis, sosial dan kegiatan olahraga (Singh et al, 2008). Suatu survei gadis remaja menunjukkan bahwa lebih dari 90% dari wanita melaporkan mengalami kram menstruasi. Dismenore yang paling sering terjadi adalah dismenore primer, kemungkinan lebih dari 50% wanita mengalaminya dan 10-15% diantaranya mengalami nyeri yang hebat sampai menggangu aktivitas dan kegiatan sehari -hari. Biasanya dismenore primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah haid pertama dan terjadi pada umur kurang dari 20 tahun (Melissa, 2011). Rasa nyeri pada saat menstruasi tentu saja sangat menyiksa bagi wanita. Sakit menk, nyeri yang hebat di sekitar bagian bawah dan bahkan kadang mengalami kesulitan berjalan sering dialami ketika haid menyerang. Nyeri ini dapat berlangsung setengah hari sampai lima hari dan sering kali tampak seperti nyeri berkepanjangan. Banyak wanita terpaksa harus berbaring karena terlalu menderita sehingga tidak dapat mengerjakan sesuatu apapun. Ada yang pingsan, ada yang merasa mual, ada juga yang benar-benar muntah (Kingston, 1995). Remaja yang mengalami dismenore pada saat menstruasi mempunyai lebih banyak hari libur kerja dan prestasinya kurang begitu baik disekolah dibandingkan remaja yang tidak terkena dismenore (Marsden et al, 2004). Menurut Harahap (2001), hasil angket yang diberikan kepada peserta pelatihan di salah satu pusat industri di Indonesia menunjukkan keluhan buruh wanita (jumlah responden 55 orang), antara lain nyeri haid 58,18%, menstruasi yang tidak teratur 41,82%, nyeri pinggang 34,55% dan nyeri perut bagian bawah 16,36%. Gambaran tersebut sangat jelas menunjukkan adanya buruh yang mengalami beberapa gejala yang terkait dengan kesehatan reproduksi. Keluhan itu dialami oleh buruh wanita usia reproduksi sehingga kondisi itu pun di khawatir akan mengganggu produktivitas mereka. Analgetik merupakan obat yang sering digunakan oleh wanita yang mengalami nyeri yang disebabkan oleh haid, termasuklah analgetik dari kelas obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS), dan berdasarkan apa yang di kaji sebelum ini menunjukkan bahwa prostaglandin terlibat dalam patogenesis dismenore. OAINS adalah inhibitor sintetase prostaglandin perifer. (Zhang & Li, 1998). Pada 1960-an kontrasepsi oral digunakan untuk mengobati dismenore, tetapi sejak tahun 1970 sebagai hasil penelitian dasar cara tertentu untuk obat anti inflamasi menunjukkan bahwa prostaglandin terlibat dalam patogenesis dismenore primer. Sejumlah besar OAINS tersedia secara komersial dan banyak, seperti naproxen, ibuprofen, asam mefenamat dan aspirin telah disetujui seluruh dunia untuk digunakan dalam dismenore primer. Asetaminofen (parasetamol) bukan inhibitor prostaglandin sintetase perifer dan ia berguna untuk dibandingkan dengan obat-obatan ini. Meskipun dasar teoritis menyatakan bahwa obat-obat anti-inflamasi lebih baik dari acetaminophen, tetapi masih tidak pasti pengobatan primer apa yang digunakan untuk dismenore. (Zhang & Li, 1998) Berdasarkan huraian diatas, saya merancang sebuah penelitian untuk menilai penggunaan analgetik pada dismenore. 1.2. Rumusan Masalah Apakah ada penggunaan analgetik pada dismenore mahasiswi Semester III, V dan VII T.A. 2011/2012, Fakultas Kedokteran, ? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui apakah ada penggunaan analgetik pada dismenore mahasiswi Semester III, V dan VII T.A. 2011/2012, Fakultas Kedokteran, . 1.3.2. Tujuan Khs Untuk mengetahui apakah mahasiswi kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara menggunakan analgetik atau tidak sebagai penanganan untuk mengatasi dismenore.
Jumat, 12 Desember 2014
Download Skripsi Kedokteran:Penggunaan Analgetik Pada Dismenore
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar