BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Zaman
era globalisasi saat
ini merupakan suatu
perubahan zaman yang berkembang
pesat, dimana teknologi yang berkembang semakin canggih. Dalam hal ini perkembangan juga dialami oleh media
massa. Media massa adalah komunikasi kepada
khalayak luas dengan menggunakan saluran-saluran komunukasi. Komunikasi massa biasanya merujuk pada surat kabar,
video, CD-Room, dan radio (Richard West:2009).
Ada
berpendapat bahwa dijumpai
hubungan kuat antara
kekerasan di TV dan
perilaku anak agresif. 80% dari program televisi mencakup kekerasan. Selain
itu, penting bahwa anak-anak
menghabiskan waktu luang mereka dalam menonton TV harus dikontrol oleh orang tua. Masalahnya
adalah bahwa kartun mengandung jumlah yang
signifikan dari adegan kekerasan. Jelas bahwa efek kekerasan media pada
anakanak dalam agresi merupakan hasil dari proses belajar kumulatif selama masa
kanakkanak. Anak-anak dengan TV di kamar tidur mereka menghabiskan rata-rata
hampir 1,5 jam lebih per hari menonton
TV daripada anak-anak tanpa TV di kamar tidur.
(Umich.Edu. 2010.) Bagi anak-anak, kegiatan
menonton televisi bisa jadi merupakan keharusan.
Bahkan, ada anak-anak yang menghabiskan
sebagian besar waktunya di depan televisi.
Dengan begitu, iklan, tayangan dan tampilan pada mediapun bisa menjadi salah satu model bagi bayi dan anak-anak. Dari
waktu ke waktu, banyak sekali kasus mengenai
dampak media terutama siaran televisi di Indonesia, misalnya “kasus Smackdown”. Kasus lain adalah keluhan seorang
ibu karena anaknya yang berusia 3.5
tahun, bicaranya cadel dan tergagap-gagap. Ternyata anak tersebut meniru karakter dalam sinetron “Si Yoyo”. Sinetron
tersebut menampilkan sosok pemuda lugu,
yang memiliki perilaku dan pola pikir seperti anak kecil. Terbukti bahwa sinetron tersbut telah menjadi “sihir” bagi
anak-anak, sehingga banyak yang meniru karakter
si Yoyo.
http://www.ardhyansyahm.com/2012/07/pengaruh-media-terhadapperkembangan.html Penelitian Yayasan
Pengembangan Media Anak
(YPMA) tahun 2006 jumlah
menonton TV pada anak-anak SD berkisar antara 30-35 jam seminggu (sekitar 4.5 jam sehari). Belum lagi, angka
ini masih ditambah sekitar 10 jam untuk bermain
video game. Ini adalah jumlah waktu yang terlalu besar untuk hiburan yang kurang sehat bagi anak. Padahal, batas
maksimal yang diperbolehkan ahli adalah anak menonton TV atau permainan media lainnya
seperti play station, komputer dan lainlain maksimal 2 jam sehari. Data menunjukkan
bahwa waktu menonton TV anakanak saat libur akhir pekan telah lama sekitra 3
jam dibandingkan waktu menonton TV di
hari biasa. TV memang menayangkan lebih banyak acara anak di hari libur dibandingkan hari lainnya.
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan
latar belakang yang
dikemukakan di atas,
maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah
: Karakteristik kebiasaan menonton
televisi di kalangan pelajar SD Dwiwarna 3 dan SD Negeri No.106162 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk
mengetahui karakteristik kebiasaan
menonton televisi di
kalangan pelajar SDDwiwarna dan
SD Negeri NO 106162..
1.3.2 Tujuan Khs Untuk mengetahui karakteristik kebiasaan
menonton televisi di kalangan pelajar SD.
0 komentar:
Posting Komentar