Selasa, 11 November 2014

Download Skripsi Pendidikan agama islam:Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Motivasi Kerja Guru di MAN Malang II Batu



BAB I PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Di
antara pemimpin-pemimpin pendidikan
yang bermacam-macam jenis dan tingkatannya, kepala sekolah
merupakan pemimpin pendidikan yang sangat
penting. Dapat dilaksanakan atau tidaknya tujuan pendidikan itu sangat tergantung
pada bagaimana kecakapan
dan kebijaksanaan kepala
sekolah dalam memimpin suatu
sekolah atau lembaga yang dia naungi.


Kepemimpinan berarti
kemampuan dan kesiapan
seseorang yang dimiliki
oleh seseorang untuk
mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, mengarahkan dan kalau
perlumemaksa orang atau kelompok agar
menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya berbuat
sesuatu yang dapat membentu tercapainya
suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan.


Sehingga
dalam bidang pendidikan,
kepemimpinan mengandung arti kemampuan atau
daya untuk menggerakkan
pelaksana pendidikan agar tercapainya
tujuan pendidikan yang telah ditetapkansecara efektif dan efisien.


Dikatakan juga
bahwa sebagai pemimpin
pendidikan kepala sekolah menghadapi tanggung jawab yang berat, untuk
itu ia harus memiliki persiapan memadai.
Fungsi utama kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan adalah Abdul Aziz Wahab, 2008, Anatomi Organisasi
dan Kepemimpinan Pendidikan, CV Alfabeta,
cet.1, Hlm: 132 menciptakan situasi
belajar mengajar sehingga guru-guru dapat mengajar dan murid dapat belajar dengan baik Gaya
kepemimpinan merupakan norma
perilaku yang dipergunakan oleh
seseorang pada saat
orang tersebut mencoba
mempengaruhi perilaku orang
lain. Gaya kepemimpinan
adalah suatu pola
perilaku yang konsisten yang
ditunjukkan oleh pemimpin
dan diketahui oleh
pihak lain ketika pemimpin
berusaha mempengaruhi kegiatan-kegiatan orang
lain. Gaya kepemimpinan
juga merupakan pola
tingkah laku seorang
pemimpin dalam proses mengerahkan dan mempengaruhi para pekerja.


Dalam
mengelola organisasi sekolah,
kepala sekolah dapat menekankan salah
satu gaya kepemimpinan
yang ada. Gaya
kepemimpinan mana yang
paling tepat diterapkan
masih menjadi pertanyaan.
Karakteristik sekolah sebagai
organisasi pendidikan akan berpengaruh terhadap keefektifan gaya kepemimpinan yang diterapkan. Sebuah
organisasi hanya akan bergerak jika kepemimpinan
yang ada di
dalamnya berhasil dan efektif.
Gaya kepemimpinan banyak
mempengaruhi keberhasilan seorang pemimpin dalam mempengaruhi
perilaku bawahannya. Istilah
gaya secara kasar
adalah sama dengan
cara yang dipergunakan
pemimpin di dalam
mempengaruhi para pengikutnya. Kepemimpinan suatu organisasi
perlu mengembangkan staf dan membangun iklim
motivasi yang menghasilkan
tingkat produktivitas yang tinggi, maka
pemimpin perlu memikirkan
gaya kepemimpinannya. Gaya Hendyat
Suetopo dan Wasty Suemanto, 1999, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, Malang: Bina Aksara, Hlm: 19 Nur Kholis, Manejemen berbasis sekolah,
teori, model dan aplikasi. ( Jakarta: Grasindo, 2003) Hlm: 167 kepemimpinan
merupakan norma perilaku
yang digunakan oleh
seseorang pada saat
orang tersebut mencoba
mempengaruhi perilaku orang
lain. Pada dasarnya,
ada tiga gaya
kepemimpinan seperti yang
dikembangkan oleh Lippit, dan
White yaitu: Otokratik/Otokrasi, Demokratik, dan Laissez-faire .


Otokrasi berasal
dari kata oto
yang berarti sendiri dan
kratos berarti pemerintah.
Jadi otokrasi adalah
mempunyai pemerintah dan
menentukan sendiri.


Otokrasi
merupakan Pemerintahan atau
kekuasaan yang dipegang oleh
seseorang yang berkuasa
secara penuh dan
tidak terbatas masanya.


Sedangkan yang memegang kekuasaan
disebut otokrat yang biasanya dijabat oleh pemimpin
yang berstatus sebagai
raja atau yang menggunakan sistem kerajaan.


Sedangkan
di lingkungan sekolah
bukan raja yang
menjadi pemimpin akan
tetapi kepala sekolah
yang memiliki gaya
seperti raja yang berkuasa
mutlak dan sentral dalam menentukan kebijaksanaan sekolah. Kepala sekolah yang otoriter biasanya tidak terbuka,
tidakmau menerima kritik, dan tidak
membuka jalan untuk berinteraksi dengan tenaga pendidikan. Ia hanya memberikan
instruksi tentang apa
yang harus dikerjakan
serta dalam menanamkan disiplin cenderung menggunakan
paksaan dan hukuman.


Kepala
sekolah sebagai pemimpin
bertipe laissez faire menghendaki semua
komponen pelaku pendidikan
menjalankan tugasnya dengan
bebas.


http://meetabied.wordpress.com/2009/12/24/gaya-kepemimpinan/diakses
pada tanggal 20 Mei 2010 M. Moh. Rifa’I, 1986, Administrasi dan
Supervisi Pendidikan, Bandung: Jemmar, Hlm: 38 Puis.A.
Partanto Dan Dahlan Al Barry, 1994, Kamus Ilmiah, Surabaya: Arkola, Hlm: 952 E.
Mulyasa, 2003, Menjadi Kepala Sekolah Profesional: Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
Hlm: 269 Oleh karena
itu tipe kepemimpinan
bebas merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja
sama untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan dengan
cara berbagai kegiatan diserahkan pada bawahan.
Karena arti “lasses” sendiri secara harfiah adalah mengizinkan dan “faire” adalah bebas. Jadi pengertian laissez faireadalah memberikan kepada orang lain dengan prinsip kebebasan, termasuk
bawahan untuk melaksanakan tugasnya dengan
bebas sesuai dengan
kehendak bawahan dan
tipe ini dapat dilaksanakan
di sekolah yang memang benar–benar mempunyai sumber daya manusia
maupun alamnya dengan
baik dan mampu
merancang semua kebutuhan sekolah dengan mandiri.


Dari gaya
kepemimpinan laissez-faire
dalam konteks pendidikan Indonesia
sangat sulit untuk
dilaksanakan karena keadaan
pendidikan kita masih
mengalami beberapa kendala
mulai dari masalah pendanaan, sumber daya manusia, kemandirian, dan lain
sebagainya. Menurut Imam Suprayogo, Tipe kepemimpinan
ini sangat cocok
sekali untuk orang
yang betul-betul dewasa
dan benar-benar tau
apa tujuan dan
cita-cita bersama yang harus dicapai.


Pemimpin
yang bertipe demokratis
menafsirkan kepemimpinannya bukan
sebagai diktator, melainkan
sebagai pemimpin di
tengah-tengah anggota kelompoknya.


Dalam melaksanakan tugasnya, ia mau menerima
dan bahkan mengharapkan
pendapat dan saran-saran
dari kelompoknya. Juga kritik yang
membangun dapat ia
terima sebagai umpan balik
dan dijadikan Imam
Suprayogo, 1999, Revormulasi Visi Pendidikan Islam, Malang: Stain Press, Cet.1, Hlm: 167 Abdul Aziz Wahab, Op Cit. Hlm: 135 bahan
pertimbangan dalam tindakan-tindakan selanjutnya.
Pemimpin selalu berusaha
memupuk rasa kekeluargaan
dan membangun semangat
serta memotivasi para anggotanya
dalam mengembangkan diri Adanya
gaya kepemimpinan kepala
sekolah yang bermacam-macam sesuai yang tersebut diatas, diharapkan mampu
sebagai agen perubahan dalam sekolah sehingga
mempunyai peran aktif
dalam meningkatkan kualitas pendidikan.


Motivasi merupakan
faktor psikis yang
bersifat non-intelektual.


Perannya yang khas adalah dalam
hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar dan mengajar. Siswa dan
guruyang memiliki motivasi kuat, akan
mempunyai banyak energi
untuk melakukan kegiatan
belajar mengajar.


Menurut Woodworth dan Marques motif adalah
suatu tujuan jiwa yang mendorong individu
untuk aktivitas-aktivitas tertentu
dan untuk tujuan terhadap situasi disekitarnya.


Sebagai
salah satu komponen
dalam belajar mengajar
(PBM), guru memiliki
posisi yang sangat
menentukan keberhasilan
pembelajaran dalam merancang,
mengelola, melaksanakan, dan
mengevaluasi pembelajaran.


Ia juga
memiliki kedudukan sebagai
figur sentral dalam meningkatkan proses belajar
mengajar. Guru sebagai
tenaga kependidikan merupakan
salah satu Sardiman AM, 1986, Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali, Cet.


I, Hlm: 73-75 Mustaqim dan Abdul Wahib, 2001, Psikologi
Pendidikan, Jakarta: Renika Cipta, Hlm: 72
Syafruddin Nurdin dan M Basyiruddin
Usman,. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, ( Jakarta: Ciputat Press, 2007).
Hlm: 7 faktor penentu
keberhasilan tujuan pendidikan
karena guru yang
langsung bersinggungan dengan
peserta didik untuk memberikanbimbingan yang akan menghasilkan tamatan yang diharapkan.


Meneliti guru sebagai salah
seorang pelaksana pendidikan di sekolah atau madrasah
sangat diperlukan. Tidak jarang ditemukan guru yang
kurang memiliki gairah
dalam melakukan tugasnya,
yang berakibat kurang berhasilnya tujuan yang ingin dicapai. Hal itu
disebabkan oleh berbagai faktor, salah
satunya adalah kurangnya motivasi guru dalam
bekerja. Motivasi dapat dipandang
sebagai energi dalam diri seseorang yang
ditandai oleh munculnya feeling
dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya
tujuan. Pernyataan ini mengandung pengertian tiga pengertian
yaitu bahwa motivasi mengawali perubahan energi
dalam diri setiap
individu, motivasi relevan
dengan persoalan kejiwaan,
afeksi dan emosi
yang dapat menentukan
tingkah laku manusia, dan motivasi dirangsang karena adanya
tujuan.


Dalam
kaitannya dengan kepemimpinan
kepala sekolah yang
ingin menggerakkan bawahannya
(guru) untuk mengerjakan
tugasnya haruslah mampu
memotivasi guru tersebut
sehingga guru akan
memusatkan seluruh tenaga dan perhatiannya untuk mencapai hasil
yang telah ditetapkan. Kepala madrasah harus
benar-benar menjalin komunikasi
aktif dan setiap
saat mengadakan evaluasi
terhadap tugas pengajaran
yang telah dilakukan
oleh guru. Hal ini dapat
tercermin dari pola kepemimpinan yang ditunjukkan oleh kepala
sekolah kepada bawahannya.
Perilaku pemimpin yang positif
dapat Hamzah B Uno, Teori Motivasi dan
Pengukurannya. ( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), Hlm: 63 mendorong kelompok atau bawahannya dalam
mengarahkan dan memotivasi individu untuk
bekerja sama dalam
kelompok dalam rangka
mewujudkan tujuan madrasah.


Psikologi kepemimpinan
menyatakan bahwa fungsi
utama seorang pemimpin
adalah mengembangkan sistem
motivasi yang efektif,
agar para pengikut
(bawahan) mau bekerja
sesuai dengan yang
diperintahkan oleh pimpinan
yang bersangkutan. Dalam
hal ini seorang
pemimpin haruslah mampu
melakukan stimulasi atau
rangsangan terhadap pengikut
atau bawahannya sedemikian rupa
agar dapat memberikan sumbangan positif bagi tujuan organisasi, disamping memuaskan
kebutuhan-kebutuhan pribadinya.


Namun
demikian dari semua
paparan diatas, gaya
kepemimpinan kepala sekolah
belum begitu jelas
terutama dalam memotivasi
kerja guru dalam mengajar. Sehubungan dengan masalah
tersebut maka penyusun tertarik untuk meneliti
tentang “Pengaruh Gaya
Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Motivasi Kerja Guru di MAN Malang II
Batu” B. Rumusan Masalah Berdasarkan
latar belakang masalah
yang sudah dipaparkan
diatas, maka dapatlah dirumuskan
permasalahan yaitu: Apakahgaya kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh terhadap motivasi
kerja guru di MAN Malang II Batu? Ida
Bagus Raka Suardana, Kepemimpinan. Jurnal UNDIKNAS. Denpasar Bali. 2005.


Contoh skripsi Pendidikan agama islam:Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Motivasi Kerja Guru di MAN Malang II Batu

Downloads PDF Version>>>>>>>Click Here







Share

& Comment

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © 2015 Jual Skripsi Eceran™ is a registered trademark.

Designed by Templateism. Hosted on Blogger Platform.