BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Air
Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang sempurna untuk bayi dan tidak ada produk makanan pengganti ASI yang
kualitasnya menyamai ASI. ASI adalah
makanan terbaik yang harus diberikan kepada bayi, karena di dalamnya terkandung hampir semua zat gizi yang
dibutuhkan oleh bayi. Kandungan ASI sesuai
untuk kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan yang optimal pada bayi (Anon., 1982). Anak yang mendapat ASI dapat
terhindar dari kekurangan gizi dan
obesitas( Kries, et al. 1999).
Hak bayi mendapat ASI diartikan mendapat ASI
sesuai dengan resolusi World Health
Assemby(WHA,2001)yaitu bayi mendapat ASI eksklusif sejak lahir sampai usia 6 bulan, selanjutnya diberikan
makanan pendamping air susu ibu(MPASI)
atau pemberian ASI diteruskansamai usia 2 tahun atau lebih (IDAI.
Cab. DKI Jakarta, 2008) World
Health Organization/United Nations Children’s Fund (WHO/UNICEF),pada tahun 2003 melaporkan bahwa
60% kematian balita langsung maupun
tidak langsung disebabkan oleh kurang
gizi dan 2/3 dari kematian tersebut
terkait dengan praktek pemberian makan yang kurang tepat pada bayi dan anak. Oleh karena itu penting
sekali penerapan pola pemberian makan
terbaik bagi bayi dan anak (Depkes RI, 2007) Keberhasilan menyusui sangat tergantung pada
Inisiasi Menyusu Dini( IMD)( Edmond, et
al, 2006). Penundaansaat permulaan menyusu akan menyebabkan bayi sukar menyusu. Satu jam
pertama kelahiran merupakan kunci sukses
dalam proses menyusui. Menurut Clemens, et al. (1999), tindakan IMD berhubungan dengan penurunan angka kejadian
diare sebesar 26% pada bayi dalam enam
bulan pertama setelah lahir dikarenakan adanya kandungan kolostrum di dalam ASI.
UNICEF memperkirakan bahwa pemberian ASI
eksklusif sampai usia 6 bulan dapat
mencegah kematian 1,3 juta anak berusia di bawah 5 tahun. Suatu 2 penelitian
di Ghana yang diterbitkan dalam jurnal Pediatrics menunjukkan 16% kematian bayi dapat dicegah dengan pemberian
ASI sejak pertama kelahirannya.
Angka ini naik 22% jika pemberian
ASI dimulai dalam 1 jam pertama setelah kelahiran
bayi (Prasetyono, 2009) Dalam hal pemberian ASI secara eksklusif,
Departemen Kesehatan melalui Keputusan
Menteri Kesehatan No: 450/Menkes/SK/IV/2004 telah menetapkan bahwa pemberian ASI secara
eksklusif bagi bayi di Indonesia adalah sejak
lahir sampai dengan bayi berumur 6 bulan, dan semua tenaga kesehatan agar menginformasikan kepada semua ibu yang baru
melahirkan untuk memberikan ASI secara
eksklusif (Depkes RI, 2007).
Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia(SDKI), 2007) melaporkan bahawa
di Indonesia terdapat 95% anakdi bawah umur 5 tahun yang pernah mendapat ASI. Akan tetapi, hanya 44% yang
mendapat ASI satu jam pertama setelah
lahir dan 62% yang mendapat ASI dalam hari pertama setelah lahir.
Median durasi pemberian ASI
adalah 22,3 bulan. Jumlah bayi di bawah umur 2 bulan yang mendapat ASI eksklusif adalah 48%,
angka tersebut mengalami penurunan
menjadi 18% padaumur 4 hingga 5 bulan.
Menurut UNICEF (2010), Indonesia merupakan
negara dengan peringkat kesembilan dalam
jumlah kematian neonatus di dunia setelah India, Cina, Nigeria, Pakistan, Kongo, Etiopia, Bangladesh, dan
Afganistan. Tanzania merupakan negara
dengan peringkat kesepuluh dengan jumlah kematian neonatus yang lebih kecil daripada Indonesia. DinKes Provinsi
Sumatera Utara (2009) melaporkan bahwa
Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara mengestimasi Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2007 sebesar 26,90 per
1.000 kelahiran hidup. Angka ini menurun
bila dibandingkan dengan AKB tahun sebelumnya yang sebesar 28,2 per 1.000 kelahiran hidup.
Jones, et al, (2003) menemukan bahwa menyusui
dapat mencegah 13% kematian balita. 16%
kematian neonatus dapat dicegah bila bayi mendapat ASI pada hari pertama setelah lahir, dan angka
tersebut meningkat menjadi 22% bila bayi
melakukan IMD dalam 1 jam pertama setelah lahir(Edmond, et al, 2006) 3 Terkait dengan hal tersebut, WHO/UNICEF dalam
Global Strategy on Infant and Young
Child Feeding tahun 2002, merekomendasikan bahwa pola makan terbaik untuk bayi dan anak sampai usia
2 (dua) tahun adalah: 1. IMD dalam 30
sampai 60 menit setelah bayi lahir.
2. Memberikan ASI secara
eksklusif kepadabayi sejak lahir sampai usia 6 bulan.
3. Mulai memberikan makanan
pendamping ASI sejak bayi berusia 6 bulan.
4. Meneruskan pemberian ASI
sampai anak berusia dua tahun atau lebih.
Menurut Borade dan Hanumante (2007), pemberian ASI eksklusif lebih banyak dilaksanakan di kalangan
multigravida daripada primigravida dan juga
menemukan adanya hubungan antara pemberian ASI dengan tingkat pengalaman ibu sebagai multigravida.
Berdasarkan data di atas, hanya
sedikit realisasi tindakan IMD sebagai akibat dari kurangnya pengetahuan ibu, padahal keberhasilan
menyusu sangat tergantung pada tindakan
IMD. Oleh karena itu, penulis menganggap perlu dilakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan dan
sikap ibu tentang pemberian ASI eksklusif
di ruang kebidanan RSUP Haji Adam Malik Medan.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan
uraian pada bagian latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah pada penelitian ini sebagai berikut : “Bagaimana tingkat pengetahuan dan sikap ibu
tentang pemberian ASI eksklusif di ruang
kebidanan RSUP Haji Adam Malik?” 1.3
Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui
tingkat pengetahuan dan sikap ibu tentang pemberian ASI eksklusif di ruang kebidanan RSUP Haji Adam Malik Medan.
1.3.2 Tujuan Khusus Yang menjadi
tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui tingkat pengetahuan
ibu tentang pemberian ASI eksklusif.
2. Mengetahui sikap ibu tentang
pemberian ASI eksklusif 4 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat bagi Peneliti Yang menjadi manfaat bagi peneliti dalam
penelitian ini adalah: 1. Menambah pengetahuan peneliti tentang cara
pembuatan karya tulis ilmiah yang baik
dan benar.
2. Menambah pengetahuan peneliti tentang ASI
eksklusif 1.4.2 Manfaat bagi Ibu Hamil Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan bagi ibu tentang manfaat ASI
eksklusif dengan dibagikannya leaflet tentang ASI eksklusif 1.4.3
Manfaat bagi Tenaga Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
bagi petugas kesehatan untuk
meningkatkan pelayananya terutama pemberian edukasi dan penyuluhan tentang ASI eksklusif kepada ibu 1.4.4
Manfaat bagi Rumah Sakit Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi rumah sakit untuk meningkatkan kwalitas dalam
memberikan promosi, penyuluhan serta
edukasi 1.4.5 Manfaat bagi Instansi Pendidikan Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk penelitian lebih
lanjut.
0 komentar:
Posting Komentar