Gizi
buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau
nutrisinya dibawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi menjadi 3
bagian, yakni gizi buruk karena kekurangan protein, karena kekurangan
karbohidrat atau kalori dan kekurangan kedua-duanya. Gizi buruk ini biasanya
terjadi pada anak balita (dibawah lima tahun) dan ditandai oleh membusungnya
perut (busung lapar), lesu dan aktivitas menurun. Gizi buruk dapat berpengaruh
kepada pertumbuhan dan perkembangan anak, juga kecerdasan anak. Pada tingkat
yang lebih parah, jika dikombinasikan dengan perawatan yang buruk, sanitasi
yang buruk dan munculnya penyakit lain, gizi buruk dapat menyebabkan kematian.
Berdasarkan
data dari Departemen Kesehatan Indonesia, pada tahun 2004 kasus gizi kurang dan
gizi buruk sebanyak 5,1 juta. Kemudian pada tahun 2005 turun menjadi 4,42 jiwa.
Pada tahun 2006 turun menjadi 4,2 juta dan pada tahun 2007 turun lagi menjadi
4,1 juta.
Tindakan
pemerintah untuk menanggulangi gizi buruk adalah pada tahun 2005 pemerintah RI
mencanangkan Rencana Aksi Nasional (RAN). Pencegahan dan penaggulangan gizi
buruk tahun 2005-2009 dimana salah satu programnya adalah meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan ibu dalam memberikan asupan gizi kepada anak
(MP-ASI).
Dewasa
ini, kekurangan gizi pada masa kanak-kanak merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang terutama melanda negara Indonesia. Masalah kekurangan gizi merupakan penyebab
utama kematian dikalangan anak-anak. Masa pertumbuhan bayi pada umur enam bulan
keatas merupakan masa kritis dimana sering terjadi kegagalan pertumbuhan. Pada
saat itu pula, bayi mulai memerlukan makanan tambahan disamping ASI.
Indonesia sebagai negara tropis mempunyai potensi besar untuk
menghasilkan kedelai dan kacang hijau. Protein kedelai tergolong protein yang
bermutu tinggi karena susunan asam aminonya sangat lengkap yang hampir menyamai
susunan protein hewani.
Kacang hijau mempunyai akses yang sangat luas dan disukai
masyarakat. Gizi yang terkandung pada kacang hijau relatif besar, terutama
kandungan protein dan karbohidratnya. Selain itu kacang kedelai harganya cukup
murah dan mudah diperoleh.
Proses produksi makanan pendamping ASI (MP-ASI) biskuit cukup
sederhana dengan bahan baku yang dapat tumbuh di Indonesia. Kandungan gizi yang
dikandung oleh kacang kedelai dan kacang hijau masih dalam bentuk terikat,
sehingga sulit untuk diserap oleh balita. Pada kacang kedelai dan kacang hijau
perlu diadakan perkecambahan (germinasi) sebelum proses penepungan sehingga
MP-ASI biskuit yang dihasilkan memiliki kandungan gizi dalam bentuk bebas dan
mudah diserap oleh balita.
MP-ASI biskuit merupakan salah satu makanan pendamping ASI
yang dapat mencukupi kebutuhan gizi balita disamping ASI. Dengan alasan
tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Studi
Pengaruh Tepung Komposit Biji-bijian dan Konsentrasi Penstabil Terhadap Mutu
Makanan Pendamping ASI Biskuit”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh
konsentrasi tepung komposit biji-bijian dan konsentrasi penstabil terhadap mutu
makanan pendamping ASI biskuit serta untuk memberikan pengetahuan kepada para
ibu dalam memberikan asupan gizi kepada anak (MP-ASI biskuit).
Penelitian ini berguna sebagai sumber informasi dalam
pembuatan makanan pendamping ASI biskuit, sebagai sumber ilmu pengetahuan dalam
teknologi pengolahan diversifikasi pangan dan sebagai sumber data dalam
penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana
Teknologi pertanian di Program Studi Teknologi Pertanian, Departemen Teknologi
Pertanian, Fakultas Pertanian, , Medan.
Ada perbedaan pengaruh perbandingan tepung komposit
biji-bijian dan konsentrasi penstabil serta interaksi kedua faktor tersebut
terhadap mutu makanan pendamping ASI biskuit yang dihasilkan..
Download lengkap Versi Word
0 komentar:
Posting Komentar