Kamis, 11 Desember 2014

Download Skripsi Kedokteran:Karakteristik Penderita Limfadenitis Tuberkulosis Di Sentra Diagnostik Patologi Anatomi

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2009, diperkirakan terdapat 9,4 juta kasus insidens dari tuberkulosis secara global setara dengan 137 kasus per 100.000 populasi (WHO, 2010). Indonesia sendiri pada tahun 2009 menempati peringkat kelima negara dengan insidensi TB tertinggi di dunia sebanyak 0,35-0,52 juta setelah India (1,6-2,4 juta), China (1,1-1,5 juta), Afrika Selatan (0,40-0,59 juta), dan Nigeria (0,37-0,55 juta) (WHO, 2010). Dimana pada tahun 2006 yang lalu menurut WHO Indonesia sempat menempati peringkat ketiga di dunia setelah India dan China dengan jumlah kasus baru sekitar 539.000 (Depkes, 2007). Tuberkulosis dapat melibatkan berbagai sistem organ di tubuh. Meskipun TB pulmoner adalah yang paling banyak, TB ekstrapulmoner juga merupakan salah satu masalah klinis yang penting. Istilah TB ekstrapulmoner digunakan pada tuberkulosis yang terjadi selain pada paru-paru. Berdasarkan epidemiologi TB ekstrapulmoner merupakan 15-20% dari semua kasus TB pada pasien HIV-negatif, dimana limfadenitis TB merupakan bentuk terbanyak (35% dari semua TB ekstrapulmoner). Sedangkan pada pasien dengan HIV-positif TB ekstrapulmoner adalah lebih dari 50 persen kasus TB, dimana limfadenitis tetap yang terbanyak yaitu 35% dari TB ekstrapulmoner (Sharma, 2004). Tuberkulosis kelenjar limfe adalah salah satu penyakit yang sangat unik, dimana penyakit ini telah lama dikenal. Istilah lain untuk penyakit ini adalah skrofula yang diambil dari bahasa latin yang berarti pembengkakan kelenjar. Hippocrates (460-377 SM) menyebutkan tumor skrofula dalam tulisannya. Raja-raja Eropa dari abad pertengahan menyebut penyakit ini sebagai “king’s evil” (Mohapatra, 2009). Di India dan kebanyakan negara berkembang lainnya limfadenitis TB menjadi bentuk yang paling sering dari TB ekstrapulmoner sedangkan limfadenitis yang disebabkan oleh non-tuberculous mycobacterium sendiri jarang didapat (Sharma, 2004). Pada daerah pedesaan di India, prevalensi limfadenitis TB pada anak-anak sekitar 3,29 kasus per 1000 (Narang, 2005). Di Inggris, terdapat penurunan insidensi limfadenitis TB dan kenaikan dari limfadenitis non-tuberculous mycobacterium (Sharma, 2004). Di Amerika, limfadenitis TB sering terjadi pada dewasa, sedangkan limfadenitis nontuberculous mycobacterium sering terjadi pada anak-anak. Pada beberapa daerah tropis di Afrika seperti Senegal dan Djibouti, limfadenitis TB mencapai 25% dari kasus TB, hal ini juga terjadi di Asia Tengah (Varaine, 2010). Epidemiologi limfadenitis TB bervariasi tergantung pada angka kejadian TB dan tingginya infeksi HIV di suatu negara, misalnya di daerah Afrika dimana insidensi infeksi HIV sangat tinggi, angka kejadian TB pulmoner dan ekstrapulmoner juga sangat tinggi (Clevenbergh, 2010). Limfadenitis TB ini biasanya muncul sebagai limfadenopati tidak nyeri dari kelenjar limfe superfisial dengan onset yang perlahan, dimana kemudian dapat berubah menjadi abses dan terbentuk sinus jika dibiarkan. Kelenjar getah bening leher merupakan tempat tersering, namun keterlibatan kelenjar multipel sering juga terjadi (Jawahar, 2000). Saat ini hampir 95% dari infeksi mikobakterial kelenjar leher pada dewasa disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan sisanya disebabkan oleh mikobakterium atipikal atau non-tuberculous mycobacterium (NTM). Pada anak-anak kebalikannya dimana 92% kasus disebabkan oleh mikobakterium atipikal (McClay, 2008). Berdasarkan penelitian Grange (1982) selama 8 tahun, dari 2339 biakan cairan kelenjar limfe didapat strain M.tuberculosis pada 2272 biakan dan strain mikobakterium atipik pada 67 biakan. Di Indonesia sendiri, dari 84 biakan aspirasi kelenjar getah bening yang dilakukan di Rumah Sakit Hasan Sadikin berhasil tumbuh 23 biakan dimana 10 biakan ditumbuhi Mycobacterium tuberculosis sedangkan 13 biakan ditumbuhi mikobakterial atipik (Chyntia, 2005). Berdasarkan penelitian Dandapat (1990) terhadap 192 pasien limfadenopati perifer dimana 80 pasien dengan limfadenitis TB didapatkan usia penderita berkisar 1 sampai 65 tahun, dimana kebanyakan berusia dibawah 30 tahun dan sedikit lebih banyak didapat pada wanita (1,2:1). Tujuh puluh persen pasien adalah dengan status sosioekonomi rendah. Dari 80 pasien, 56 pasien melibatkan kelenjar limfe servikal, 7 pasien kelenjar limfe inguinal, 5 pasien kelenjar limfe aksilaris dan 12 pasien melibatkan kelenjar limfe multipel. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Jha (2001) terhadap 56 pasien limfadenitis TB didapatkan bahwa kelompok umur yang paling sering adalah 11-20 tahun (23 pasien), dengan umur rata-rata adalah 23,7 tahun. Didapatkan 24 pria dan 32 wanita (1:1,3). Kelenjar yang paling banyak terlibat adalah kelenjar limfe servikal sebanyak 49 pasien, sedangkan sisanya melibatkan juga kelenjar aksilaris dan inguinal. Pada kelenjar servikal dijumpai pembengkakan kelenjar multipel terkonglumerasi pada 23 orang, tunggal diskret pada 18 orang, dan multipel diskret pada sembilan orang. Abses dan sinus dijumpai pada masing-masing tiga orang.

Contoh Skripsi Kedokteran:Karakteristik Penderita Limfadenitis Tuberkulosis Di Sentra Diagnostik Patologi Anatomi

Downloads Versi PDF >>>>>>>Klik Disini




Share

& Comment

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © 2015 Jual Skripsi Eceran™ is a registered trademark.

Designed by Templateism. Hosted on Blogger Platform.