BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Fungsi
keuangan merupakan salah satu fungsi penting bagi perusahaan dalam kegiatan perusahaan. Dalam mengelola
fungsi keuangan salah satu unsur yang
perlu diperhatikan adalah seberapa besar perusahaan mampu memenuhi kebutuhan dana yang akan digunakan untuk
beroperasi dan mengembangkan usahanya.
Pemenuhan dana ini bisa bersumber dari dana sendiri, modal saham maupun dengan hutang, baik hutang jangka
pendek maupun hutang jangka panjang.
Struktur modal pada dasarnya merupakan suatu pembiayaan permanen yang terdiri dari modal sendiri dan modal
asing, dimana modal sendiri terdiri dariberbagai
jenis saham dan laba ditahan. Modal asing terdiri dari berbagai hutang jangka panjang yang meliputi berbagai
jenis obligasi, hutang hipotik dan lain–lain.
Penggunaan modal asing akan
menimbulkan beban yang tetap dan besarnya penggunaan modal asing ini akan menentukan
leverage keuangan perusahaan. Penggunaan
modal asing yang berbeda-beda di antara industri maupun diantara perusahaan mencerminkan adanya
faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan leverage keuangan baik yang bersifat historis, managerial, atau faktor lainnya (Weston dan
Copeland, 1992:23) Masalah pendanaan/modal adalah salah satu masalah yang
krusial yang dihadapi dunia usaha saat
ini.Sektor manufaktur dalam Bursa Efek Indonesia merupakan salah satu sektor industri yang
mengalami defisiensi modal atau kekurangan
modal sendiri (Debt to Equity Ratio negatif).Banyaknya pendirian perusahaan manufaktur menyebabkan persaingan
yang terjadi semakin tajam dan ketat. Di
Indonesia perusahaan manufaktur dapat berkembang pesat, hal ini terlihat dari jumlah perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari periode
ke periode semakin banyak, sehingga
tidak menutup kemungkinan perusahaan ini
sangat dibutuhkan masyarakat sehingga prospeknya akan menguntungkan baik di masa sekarang maupun
yang akan datang.
Alasan pemilihan sektor industri
manufaktur adalah adalah karena saham tersebut
merupakan saham-saham yang paling tahan terhadap krisis ekonomi di banding sektor lain karena dalam kondisi
krisis atau tidak sebagian besar manufaktur
tetap dibutuhkan. Meskipun sebagian produknya bukan merupakan kebutuhan dasar tetapi biasanya tiap rumah
tangga memiliki persediaan produkproduk manufaktur sesuai dengan selera dan
kebiasaan masing-masing rumah tangga,
sehingga sangat dimungkinkan dalam kesehariannya masyarakat mengkonsumsi produk-produk yang dihasilkan
oleh perusahaan dalam sektor industri
manufaktur.
Dari sisi lain didasarkan atas prediksi bahwa manufaktur
merupakan perusahaan yang sangat
dibutuhkan untuk kebutuhan hidup sehari-hari sehingga kecil kemungkinan akan rugi. Dengan memiliki
saham manufaktur diharapkan keuntungan
yang didapat akan banyak sekali daripada unsur kerugiannya. Salah satu masalah
pembelanjaan perusahaan adalah menyangkut masalah keseimbangan finansial. Keseimbangan finansial
perusahaan dapat dicapai apabila perusahaan
tersebut selama menjalankan fungsinya tidak menghadapi gangguan- gangguan finansial, yang ini disebabkan
adanya keseimbangan antara jumlah modal
yang tersedia dengan jumlah modal yang dibutuhkan (Riyanto, 2001:14).
Dalam menentukan
kebutuhan-kebutuhan sumber dana dapat digunakan pedoman struktur finansial baik yang vertikal maupun
yang horizontal (Riyanto, 2001:15).
Pedoman struktur finansial yang
vertikal memberikan imbangan yang harus
dipertahankan oleh suatu perusahaan mengenai besarnya jumlah modal pinjaman (hutang) dengan besarnya jumlah modal
sendiri. Berdasarkan anggapan bahwa
pembelanjaan yang sehat itu pertama-tama harus dibangun atas dasar modal sendiri, yaitu modal yang tahan risiko
maka besarnya modal asing dalam keadaan
apapun tidak boleh melebihi besarnya modal sendiri. Koefisien utang, yaitu angka perbandingan antara jumlah modal
asing dengan modal sendiri tidak boleh
melebihi 1:1.
Adapun pedoman struktur finansial
yang horizontal memberikan batas imbangan
antara besarnya modal sendiri dengan besarnya jumlah aktiva tetap plus persediaan.
Pedoman tersebut menyatakan bahwa keseluruhan aktiva plus persediaan harus sepenuhnya dibelanjai dengan
modal sendiri yaitu modal yang tetap
tertanam dalam perusahaan. Perimbangan yang optimal antara modal asing dan modal sendiri akan mencerminkan struktur
modal yang optimal. Struktur modal yang
optimal adalah struktur modal yang dapat meminimalkan biaya modal rata-rata atau memaksimalkan nilai perusahaan
atau struktur modal yang optimal adalah
suatu struktur modal yang biaya marjinal riil hutang (marginal real cost of debt) sama dengan biaya marjinal riil modal
sendiri (marginal real cost of equity).
Dalam kenyataan sulit bagi
perusahaan untuk menentukan suatu struktur modal yang terbaik dalam suatu komposisi
pembelanjaan yang tepat. Lebih mudah
apabila perusahaan mencoba menaksir dalam suatu “range berapa tingkat leverage yang tepat bagi perusahaan” (Hartono,
1990:3). Setiap perluasan basis modal
sendiri akan memperbesar kemampuan perusahaan dalam menanggung risiko usaha yang akan dibelanjainya, hal ini
didasarkan pada prinsip keamanan dimana
hal ini akan memberikan pengaruh yang baik terhadap kreditur maupun terhadap perusahaan sendiri (Riyanto,2001:23).
Namun, secara kenyataan pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tiga tahun,
yaitu 2006 sampai dengan 2008 mengalami
perubahan yang cukup besar dari tahun ke tahun. Sebagian besar perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia,
struktur modalnya lebih banyak
menggunakan modal sendiri daripada hutang jangka panjang. Semakin kecil hutang akan menyebabkan
semakin kecil risiko yang harus dihadapi
perusahaan, antara lain kesulitan keuangan, kegagalan membayar bunga dan pokok pinjaman sampai kebangkrutan.
Dari kenyataan tersebut, faktor– faktor struktur modal diduga dapat
mempengaruhi struktur modal pada perusahaan
manufaktur.
Untuk menentukan seberapa
optimalnya komposisi struktur modal terdapat
banyak faktor yang perlu di pertimbangan. Faktor-faktor tersebut bisa kuantitatif maupun kualitatif. Oleh karenanya
baik itu pihak manajemen maupun pihak
kreditor sudah seharusnya mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah pendanaan ini. Dengan
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
struktur modal yang diharapkan bisa menjadi bahan pertimbangan bagi evaluasi manajemen.
Keputusan pendanaan keuangan
perusahaan akan sangat menentukan kemampuan
perusahaan dalam melakukan aktivitas operasinya dan juga akan berpengaruh terhadap resiko perusahaan itu
sendiri. Jika perusahaan meningkatkan
leverage maka perusahaan ini
dengan sendirinya akan meningkatkan
resiko keuangan perusahaan. Dan sebaliknya perusahaan harus memperhatikan masalah pajak, karena sebagian
ahli berpendapat bahwa penggunaan modal
yang berlebihan akan menurunkan tingkat profitabilitas.
Pecking Order Theory mengatakan
bahwa perusahaan lebih cenderung memilih pendanaan yang berasal dari internal dari pada
eksternal perusahaan. Penggunaan dana
internal lebih didahulukan dibandingkan dengan penggunaan dana yang bersumber dari eksternal. Urut-urutan yang
dikemukakan oleh teori ini dalam hal pendanaan
adalah pertama laba ditahan diikuti dengan penggunaan hutang dan yang terakhir adalah penerbitan ekuitas baru
(Myers, 1984 dalam Muhammad Rizal,
2002). Pemilihan urutan pendataan ini menunjukkan bahwa pendanaan ini didasarkan dari tingkat cost of fund dari
sumber-sumber tersebut yang juga berkaitan
dengan tingkat resiko suatu investasi.
0 komentar:
Posting Komentar