Selasa, 04 November 2014

Skripsi Manajemen:Pengaruh Struktur Aktiva, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Stuktur Modal pada Perusahaan



 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Fungsi
keuangan merupakan salah satu fungsi penting bagi perusahaan  dalam kegiatan perusahaan. Dalam mengelola
fungsi keuangan salah satu unsur  yang
perlu diperhatikan adalah seberapa besar perusahaan mampu memenuhi  kebutuhan dana yang akan digunakan untuk
beroperasi dan mengembangkan  usahanya.
Pemenuhan dana ini bisa bersumber dari dana sendiri, modal saham  maupun dengan hutang, baik hutang jangka
pendek maupun hutang jangka  panjang.
Struktur modal pada dasarnya merupakan suatu pembiayaan permanen  yang terdiri dari modal sendiri dan modal
asing, dimana modal sendiri terdiri  dariberbagai
jenis saham dan laba ditahan. Modal asing terdiri dari berbagai  hutang jangka panjang yang meliputi berbagai
jenis obligasi, hutang hipotik dan  lain–lain.
Penggunaan modal asing akan
menimbulkan beban yang tetap dan  besarnya  penggunaan modal asing ini akan menentukan
leverage keuangan  perusahaan. Penggunaan
modal asing yang berbeda-beda di antara industri  maupun diantara perusahaan mencerminkan adanya
faktor-faktor yang  mempengaruhi
keputusan leverage keuangan baik yang bersifat historis,  managerial, atau faktor lainnya (Weston dan
Copeland, 1992:23) Masalah pendanaan/modal adalah salah satu masalah yang
krusial yang  dihadapi dunia usaha saat
ini.Sektor manufaktur dalam Bursa Efek Indonesia  merupakan salah satu sektor industri yang
mengalami defisiensi modal atau    kekurangan
modal sendiri (Debt to Equity Ratio negatif).Banyaknya pendirian  perusahaan manufaktur menyebabkan persaingan
yang terjadi semakin tajam dan  ketat. Di
Indonesia perusahaan manufaktur dapat berkembang pesat, hal ini  terlihat dari jumlah perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari  periode
ke periode semakin banyak,  sehingga
tidak menutup kemungkinan  perusahaan ini
sangat dibutuhkan masyarakat sehingga prospeknya akan  menguntungkan baik di masa sekarang maupun
yang akan datang.
Alasan pemilihan sektor industri
manufaktur adalah adalah karena saham  tersebut
merupakan saham-saham yang paling tahan terhadap krisis ekonomi di  banding sektor lain karena dalam kondisi
krisis atau tidak sebagian besar  manufaktur
tetap dibutuhkan. Meskipun sebagian produknya bukan merupakan  kebutuhan dasar tetapi biasanya tiap rumah
tangga memiliki persediaan produkproduk manufaktur sesuai dengan selera dan
kebiasaan masing-masing rumah  tangga,
sehingga sangat dimungkinkan dalam kesehariannya masyarakat  mengkonsumsi produk-produk yang dihasilkan
oleh perusahaan dalam sektor  industri
manufaktur.
Dari sisi lain  didasarkan atas prediksi bahwa manufaktur
merupakan  perusahaan yang sangat
dibutuhkan untuk kebutuhan hidup sehari-hari sehingga  kecil kemungkinan akan rugi. Dengan memiliki
saham manufaktur diharapkan  keuntungan
yang didapat akan banyak sekali daripada unsur kerugiannya. Salah  satu masalah 
pembelanjaan perusahaan adalah menyangkut masalah  keseimbangan finansial. Keseimbangan finansial
perusahaan dapat dicapai apabila  perusahaan
tersebut selama menjalankan fungsinya tidak menghadapi gangguan-    gangguan finansial, yang ini disebabkan
adanya keseimbangan antara jumlah  modal
yang tersedia dengan jumlah modal yang dibutuhkan (Riyanto, 2001:14).
Dalam menentukan
kebutuhan-kebutuhan sumber dana dapat digunakan pedoman  struktur finansial baik yang vertikal maupun
yang horizontal (Riyanto, 2001:15).
Pedoman struktur finansial yang
vertikal memberikan imbangan yang  harus
dipertahankan oleh suatu perusahaan mengenai besarnya jumlah modal  pinjaman (hutang) dengan besarnya jumlah modal
sendiri. Berdasarkan anggapan  bahwa
pembelanjaan yang sehat itu pertama-tama harus dibangun atas dasar  modal sendiri, yaitu modal yang tahan risiko
maka besarnya modal asing dalam  keadaan
apapun tidak boleh melebihi besarnya modal sendiri. Koefisien utang,  yaitu angka perbandingan antara jumlah modal
asing dengan modal sendiri tidak  boleh
melebihi 1:1.
Adapun pedoman struktur finansial
yang horizontal memberikan batas  imbangan
antara besarnya modal sendiri dengan besarnya jumlah aktiva tetap plus  persediaan. 
Pedoman tersebut menyatakan bahwa keseluruhan aktiva plus  persediaan harus sepenuhnya dibelanjai dengan
modal sendiri yaitu modal yang  tetap
tertanam dalam perusahaan. Perimbangan yang optimal antara modal asing  dan modal sendiri akan mencerminkan struktur
modal yang optimal. Struktur  modal yang
optimal adalah struktur modal yang dapat meminimalkan biaya modal  rata-rata atau memaksimalkan nilai perusahaan
atau struktur modal yang optimal  adalah
suatu struktur modal yang biaya marjinal riil hutang (marginal real cost of  debt) sama dengan biaya marjinal riil modal
sendiri (marginal real cost of equity).
 
 Dalam kenyataan sulit bagi
perusahaan untuk menentukan suatu struktur  modal yang terbaik dalam suatu komposisi
pembelanjaan yang tepat. Lebih  mudah
apabila perusahaan mencoba menaksir dalam suatu “range berapa tingkat  leverage yang tepat bagi perusahaan” (Hartono,
1990:3). Setiap perluasan basis  modal
sendiri akan memperbesar kemampuan perusahaan dalam menanggung  risiko usaha yang akan dibelanjainya, hal ini
didasarkan pada prinsip keamanan  dimana
hal ini akan memberikan pengaruh yang baik terhadap kreditur maupun  terhadap perusahaan sendiri (Riyanto,2001:23).
Namun, secara kenyataan pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar pada  Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tiga tahun,
yaitu 2006 sampai dengan 2008  mengalami
perubahan yang cukup besar dari tahun ke tahun. Sebagian besar  perusahaan manufaktur  yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia,
struktur  modalnya lebih banyak
menggunakan modal sendiri daripada hutang jangka  panjang. Semakin kecil hutang akan menyebabkan
semakin kecil risiko yang  harus dihadapi
perusahaan, antara lain kesulitan keuangan, kegagalan membayar  bunga dan pokok pinjaman sampai kebangkrutan.
Dari kenyataan tersebut, faktor– faktor struktur modal diduga dapat
mempengaruhi struktur modal pada  perusahaan
manufaktur.
Untuk menentukan seberapa
optimalnya komposisi struktur modal  terdapat
banyak faktor yang perlu di pertimbangan. Faktor-faktor tersebut bisa  kuantitatif maupun kualitatif. Oleh karenanya
baik itu pihak manajemen maupun  pihak
kreditor sudah seharusnya mengetahui faktor-faktor yang berhubungan  dengan masalah pendanaan ini. Dengan
mengetahui faktor-faktor yang    mempengaruhi
struktur modal yang diharapkan bisa menjadi bahan pertimbangan  bagi evaluasi manajemen.
Keputusan pendanaan keuangan
perusahaan akan sangat menentukan  kemampuan
perusahaan dalam melakukan aktivitas operasinya dan juga akan  berpengaruh terhadap resiko perusahaan itu
sendiri.  Jika perusahaan  meningkatkan 
leverage  maka perusahaan ini
dengan sendirinya akan  meningkatkan
resiko keuangan perusahaan. Dan sebaliknya perusahaan harus  memperhatikan masalah pajak, karena sebagian
ahli berpendapat bahwa  penggunaan modal
yang berlebihan akan menurunkan tingkat profitabilitas.
Pecking Order Theory mengatakan
bahwa perusahaan lebih cenderung memilih  pendanaan yang berasal dari internal dari pada
eksternal perusahaan. Penggunaan  dana
internal lebih didahulukan dibandingkan dengan penggunaan dana yang  bersumber dari eksternal. Urut-urutan yang
dikemukakan oleh teori ini dalam hal  pendanaan
adalah pertama laba ditahan diikuti dengan penggunaan hutang dan  yang terakhir adalah penerbitan ekuitas baru
(Myers, 1984 dalam Muhammad  Rizal,
2002). Pemilihan urutan pendataan ini menunjukkan bahwa pendanaan ini  didasarkan dari tingkat cost of fund dari
sumber-sumber tersebut yang juga  berkaitan
dengan tingkat resiko suatu investasi.

Skripsi Manajemen:Pengaruh Struktur Aktiva, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Stuktur Modal pada Perusahaan

Downloads  Versi PDF >>>>>>>Klik Disini







Share

& Comment

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © 2015 Jual Skripsi Eceran™ is a registered trademark.

Designed by Templateism. Hosted on Blogger Platform.