BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Dalam paradigma
lama dikenal peran dokter adalah paling dominan di rumah sakit. Dokter cenderung otonom dan
otokratik. Profesi lain di rumah sakit dianggap
hanya berfungsi membantu tugas para dokter. Pasien pun tidak banyak haknya, dan cenderung menurut saja apa pun
yang diputuskan dokter. Undangundang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 secara tegas
menyebutkan “hak pasien” yang meliputi
hak informasi, hak untuk memberikan persetujuan, hak atas rahasia kedokteran dan hak atas pendapat kedua. Dalam Undang-Undang
ini juga disebutkan bahwa tenaga
kesehatan termasuk dokter dalam melakukan kewajibannya berkewajiban mematuhistandar
profesi dan menghormati hak pasien
(Aditama, 2003).
Hubungan dokter-pasien umumnya tidak setara.
Ada kesenjangan antara keduanya dalam
berbagai aspek. Biasanya, pasien ada di pihak yang lemah, oleh karena itu perlu perlindungan. Karena
posisinya sebagai pihak yang lebih kuat dalam
banyak hal, untuk dokter diperlukan rambu-rambu agar dokter tidak tergoda untuk melakukan tindakan-tindakan yang
merugikan pasien dan menguntungkan
dirinya sendiri (Jacobalis, 2005).
Kepuasan pasien merupakan hal yang sangat
subjektif, sulit diukur-ukur, dapat
berubah-ubah serta dipengaruhi banyak faktor baik dari dalam ataupun dari luar individu (Suryawati, 2004).
Berdasarkan data tahun 2005, sekitar 40%
jumlah pasien internasional atau dari
luar Singapura di Tan Tock Seng Hospital (TTSH) dan National University Hospital (NUH) berasal dari Indonesia. Jumlah
ini meningkat 8% dibanding tahun 2004.
Di NUH, tahun 2005 tercatat sekitar 49.000 pasien internasional dan 44% merupakan pasien Indonesia (Haryanto dan
Olivia, 2009). Pasien dari luar Contoh
skripsi Singapura yang dirawat di TTSH padatahun 2005
sebanyak 49.000 orang, dan 11.000 orang
(44%) dari jumlah tersebut berasal dari Indonesia, 50% diantaranya berasal dari Jakarta (Herqutanto, 2009).
Dikutip dari Chooi Yee Choong, direktur
regional ASEAN (Islands) International
Operations dalam editorial oleh Herqutanto (2009) menyatakan bahwa 300.000 pasien asing berobat keSingapura
setiap tahunnya, Indonesia termasuk the
big three jaringan rumah sakit milik pemerintah Singapura antara lain Rumah Sakit Alexandra, Rumah Sakit
National University dan Rumah Sakit Tan
Tock Seng.
Data Singapore Medicine yang dikutip oleh
Akhmadi (2005) menyebutkan kunjungan
pasien khcontoh skripsis untuk berobat sebanyak 374.000 pasien dari mancanegara mengunjungi Rumah Sakit Mount
Elizabeth dan 90% pasiennya berasal dari
Indonesia. Data dari Konjen RI Penang (2004) menyebutkan bahwa jumlah kunjungan pasien Indonesia yang berobat
ke Rumah Sakit Lam Wah Ee Penang
mencapai 9000 orang atau rata-rata 50 pasien per hari. Abdillah (2006) mengatakan hampir 80% kunjungan pasien ke
rumah sakit di Penang adalah warga
Medan, sebagian lainnya berasal dari Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) (Ombi, 2011). Di Rumah Sakit Adventist
Malaysia, jumlah pasien Indonesia yang terjaring
mencapai 14.000 per tahun (38% per hari) (Herqutanto, 2009).
Fenomena banyaknya pasien Indonesia yang
memilih berobat di luar negeri disebabkan
karena masih buruknya sistem pelayanan dokter dan rumah sakit di Indonesia. Pasien merasa tidak puasdengan
pelayanan dan perhatian yang diberikan
dokter. Komunikasi yang belum efektif dan waktu komunikasi yang terbatas antara dokter-pasien merupakan faktor
penyebab utama ketidakpuasan pasien
terhadap pelayanan dokter (Nadesul, 2008).
Ketidakpuasan pasien diartikan sama dengan
keluhan terhadap struktur sistem
pelayanan rumah sakit (biaya, sistem asuransi, dan lain-lain) dan petugas rumah sakit (dokter, perawat, apoteker,
psikolog, dan lain-lain) (Anjaryani, 2009).
Di rumah sakit King Khalid UniversityArab
Saudi dilakukan penelitian dari 400
pasien di bangsal rumah sakit selama bulan Januari-April tahun 2000 dengan kriteria pasien minimal pasien dirawat inap selama 3 hari di ruang Contoh skripsi bangsal.
Penilaian tingkat kepuasan pasien dalam penelitian ini berdasarkan pelayanan dokter meliputi diagnosis pasien,
komunikasi dengan pasien dan perhatian
terhadap pasien, faktor sosiodemografi
dan pembagian bangsal berdasarkan
diagnosa medis. Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan dokter sebesar 54% (Al-Dodhalther, 2004).
Berdasarkan data indeks kepuasan masyarakat di
RSUD Tugurejo Semarang yang diambil oleh
PT. SRI pada semester 1 tahun 2008 didapatkan hasil bahwa pasien mempunyai pengalaman yang
tidak menyenangkan bahkan menakutkan
ketika datang ke rumah sakit dikarenakan pelayanan yang didapatkan tidak sesuai dan cenderung merugikan bagi
pasien dan keluarga. Pernyataan pasien
yang terangkum menyatakan bahwa dokternya terkesan terburu-buru dan perawatnya kurang komunikatif (Kurniati,
2013). Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan UNDIP (2006) mengenai indikator kepuasan pasien rawat inap di provinsi Jawa Tengah
ditemukan hasil ketidakpuasan pasien sering
dikaitkan dengan sikap dan perilaku petugas rumah sakit seperti keterlambatan pelayanan yang diberikan dokter
dan dokter sulit ditemui (Anjaryani,
2009).
Berdasarkan hasil penelitian dari Yohana
(2009) tentang tingkat kepuasan pasien
yang dinilai berdasarkan kecepatan pelayanan dokter spesialis, keterampilan pelayanan dokter spesialis dan
perhatian pelayanan dokter spesialis di
ruang rawat inap penyakit dalam RSI Sunan Kudus dengan jumlah responden 52 orang menunjukkan pasien merasa puas dengan
pelayanan dokter. Berdasarkan kecepatan
pelayanan dokter spesialis, sebagian besar pasien merasa puas dengan kecepatan pelayanan dokter spesialis yang
terlihat cepat dalam penegakan diagnosa
(53,8%), cepat dalam memberikan pengobatan (57,7%), cepat menanggapi keluhan pasien (61,5%) dan cepat
melayani pasien saat pasien membutuhkan
pertolongan sebanyak 35 responden (67,3%). Berdasarkan keterampilan pelayanan dokter spesialis yang
dinilai dari beberapa item seperti penegakan
diagnosa pasien yang tepat (55,8%), dan pemberian obat yang memiliki efek samping minimal (57,7%), hal ini
menunjukkan pasien merasa puas dengan
keterampilan dokter dinilai daripenegakan diagnosa yang tepat dan Contoh skripsi pemberian
obat dengan efek samping minimal. Berdasarkan perhatian pelayanan dokter spesialis terhadap pasien seperti
dokter menjawab pertanyaan tentang penyakit
pasien (51,9%), dokter menjawabdiagnosa penyakitpasien (55,8%), dokter menjawab tentang terapi/pengobatan
penyakit pasien (57,7%), dan dokter peduli
pada setiap keluhan pasien dan keluarga (51,9%). Hal ini menunjukkan bahwa pasien merasa cukup puas dengan
perhatian pelayanan dokter spesialis.
Contoh Skripsi Kedokteran:Tingkat Kepuasan Pasien terhadap Pelayanan DokterDownloads Versi PDF >>>>>>>Klik Disini
0 komentar:
Posting Komentar