Rabu, 18 Februari 2015

Download Skripsi Kedokteran:Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Angka Kejadian Dermatitis Kontak pada Pekerja

BAB PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan industri di Indonesia, terjadi perubahan pola penyakit atau kasus penyakit akibat kerja. Penyakit kulit akibat kerja menduduki tempat kedua tertinggi diantara penyakit-penyakit akibat kerja, setelah kelainan saluran nafas akibat kerja (Health and Safety Executive, 2000).Prevalensi penyakit kulit akibat kerja ini di dunia mencapai 68,2% (Bock, et al., 2003). Sedangkan di Indonesia berdasarkan hasil penelitian D. Savitri dan H.Sukanto pada tahun 1997-2001 prevalensinya mancapai 67,7%. Di Sumatera Utara prevalensinya mencapai 27,50% (Trihapsoro, 2003). National Institute of Occupational Safety Hazards (NIOSH) dalam survei tahunan (2006) memperkirakan angka kejadian dermatitis akibat kerja yang sebenarnya adalah 20-50 kali lebih tinggi dari kasus yang dilaporkan. Penyakit kulit akibat kerja dapat berupa dermatitis dan urtikaria. Dermatitis kontak akibat kerja mencapai 90% dari dermatosis akibat kerja (DAK). Dermatitis kontak alergik yang terjadi akibat kontak dengan bahan-bahan di tempat pekerjaan disebut dermatitis kontak alergik akibat kerja (DKAAK) yang mencapai 25% dari seluruh dermatitis kontak akibat kerja (DKAK) (Trihapsoro, 2003).Di banyak industri saat ini, prevalensi DKAK meningkat sejalan dengan peningkatan penggunaan bahan kimia di industri tersebut. Prevalensi DKAK berbeda-beda di tiap industri tergantung macam serta derajat industrialisasinya.Selain itu, ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi terjadinya dermatitis kontak pada pekerja, diantaranya perilaku pekerja, umur, jenis kelamin, riwayat atopi, kondisi lingkungan kerja, lama, dan frekuensi kontak dengan zat kimia, dan penggunaan alat pelindung diri (Health and Safety Executive, 2000).Penelitian oleh mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Program Studi Magister menyatakan bahwa pekerja yang kontak dengan bahan kimia potassium dichromat, p-phenilenediamine, serbuk semen, asam hidroklorida, segel lapisan karet, termasuk logam, 74% (40 pekerja) mengalami dermatitis kontak akibat kerja: 26% (14 pekerja) akut, 39% (21 pekerja) sub akut, dan 9% (5 pekerja) kronik. Berdasarkan analisis statistik multivariat terdapat dua faktor yang sangat mempengaruhi kejadian dermatitis kontak ini, yaitu lama kontak (p=0,029) dan kebiasaan menggunakan alat pelindung diri (APD) (p=0,063). Kesimpulan dari penelitian ini adalah tingkat insidensi laju 65% per seratus pekerja, dan prevalensi 74% per seratus pekerja (Lestari et al., 2008).Penelitian lain yang dilakukan pada pekerja pencuci botol di PT X tahun 2008 menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan dermatitis kontak dengan nilai pvalue = 0,710 (> 0,05), dan ada hubungan yang bermakna antara tindakan dengan dermatitis kontak dengan nilai p value = 0,001 (< 0,05) (Situmeang, 2008).Hasil penelitian pada pekerja di PT Inti Pantja Press Industri oleh Fatma Lestari dan Hari Suryo Utomo pada tahun 2007 menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara dermatitis kontak dengan jenis pekerjaan (p value 0,02 dan odds ratio 3,4), usia (p value 0,042 dan odds ratio 2,8), lama bekerja (p value 0,014 dan odds ratio 3,5), dan riwayat dermatitis akibat pekerjaan sebelumnya (p value 0,042 dan odds ratio 5,9).

Contoh Skripsi Kedokteran:Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Angka Kejadian Dermatitis Kontak pada Pekerja

Downloads Versi PDF >>>>>>>Klik Disini


Share

& Comment

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © 2015 Jual Skripsi Eceran™ is a registered trademark.

Designed by Templateism. Hosted on Blogger Platform.