BAB PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penyakit jantung beberapa tahun belakangan ini
menjadi suatu penyakit yang sering
diperbincangkan, baik masyarakat awam hingga para ahli kesehatan.
Hal ini terjadi akibat
meningkatnya kematian oleh penyakit jantung. Penyakit jantung sendiri tak semata-mata memandang dari
organ jantung tersebut, melainkan juga sistem sirkulasi darah yang mengalir di
dalam tubuh.
Berdasarkan data dari SKRT (
Survey Kesehatan Rumah Tangga )1995 dan surkesnas
2001 menyebutkan bahwa penyebab kematian nomer satu di Indonesia adalah penyakit jantung dan sistem sirkulasi.
Sindroma Koroner Akut merupakan salah
satu jenis dari penyakit jantung dan sistem sirkulasi yang memiliki persentase tinggi sebagai penyebab kematian.
The American Heart Association
(AHA) memperkirakan bahwa 13 juta orang
di Amerika menderita Sindroma Koroner Akut dan kurang lebih satu juta orang meninggal tiap tahunnya (Bock, 2007
dalam Nurulita,Bahrun, Arif,2011).
Di Eropa,dilaporkan bahwa
Sindroma Koroner Akut pada tahun 2006 menyerang 234 orang/100.000 penduduk/tahun pada kelompok
umur 30 sampai 69 tahun, lebih sering pada pria (50-75%), dan 10% diantaranya
meninggal setiap tahun (Nielsen et al,2006 dalam Nurulita, Bahrun, Arif,2011).
Sindroma Koroner Akut merupakan
spektrum kegawat-daruratan koroner yang
terdiri dari: miokard infark dengan elevasi segmen ST (STEMI), miokard infark tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI), angina
pektoris tak stabil (UAP) (Bassand, 2007
dalam Hanum, 2010).
Dari data yang didapat oleh
European Society of Cardiology, dalam Sindroma
Koroner Akut angka kejadian NSTEMI lebih
sering dibandingkan STEMI. Kurang lebih
tiga dari 1000 orang menderita penyakit ini,namun angka kejadiannya berbeda-beda di tiap negaranya.
Mortalitas di rumah sakit lebih tinggi Contoh
makalah pada pasien dengan STEMI dibandingkan pasien dengan NSTEMI (Hamm et al,
2011).
Jenis obat yang di gunakan dalam
penanganan Sindroma Koroner Akut memerlukan biaya yang besar. Misalnya pada
pasien STEMI yang datang ke rumah sakit
kemudian harus di berikan terapi reperfusi dengan pemberian fibrinolitik. Harga obat fibrinolitik yang
termurah berkisar padaRp. 3.700.000,00 – Rp. 4.000.000,00 juta per vialnya. Biaya
lain-lain seperti obat-obatan lanjutan per
oral dan perawatan ICCU minimal
lima hari harus dipertimbangkan.
(Terkelsen,2005 dalam Hanum,
2010).
Pada Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan, di tahun 2009 perhitungan
biaya untuk Sindroma Koroner Akut adalah sebagai berikut: Lama rawat inap
rata-rata empat hari o Biaya obat
rata-rata yang dikeluarkan pasien per hari = Rp. 127.153,00 o Biaya
obat rata-rata pada pasien Sindroma
Koroner Akut dengan komplikasi = Rp.
128.000,00 o Biaya obat rata-rata pada pasien dengan
Sindroma Koroner Akut tanpa komplikasi =
Rp. 126.000,00 (Hanum, 2010).
Penanganan dari pasien Sindroma
Koroner Akut ini,tak hanya bergantung pada
biaya pengobatan, namun terdapat biaya diagnostik untuk memastikan diagnosa dan kamar rawat inap. Tingginya biaya
pemeriksaan, pengobatan dan intervensi
lainnya menjadi suatu hal yang penting untuk diketahui. Jumlah biaya ini diperlukan pembaharuan karena mengingat
terdapat peningkatan harga di tiap tahunnya.
Selain peningkataatau penurunan harga, perkembangan terapi juga perlu diperhitungkan di tiap tahunnya.
Mengingat tindakan pengobatan
ditentukan dengan tingkat keparahan penyakit penderita sehingga harga pengobatan
pada masing-masing pasien tentu berbeda.
Oleh karena itu, upaya pencegahan harus
dapat dioptimalkan untuk mengurangi
angka kejadian Sindroma Koroner Akut. Pencegahan yang dapat dilakukan seperti, menghindari makanan yang berlemak, tidak merokok, mengontrol penyakit diabetes
apabila ada.
Contoh makalah Menjaga kesehatan penting dilakukan untuk menghindari
penyakit ini, seperti mengontrol kadar gula darah, kolesterol, tekanan
darah dan lain-lain.
Pengaturan pola hidup dalam
pemilihan makanan, olahraga, pengaturan berat badan penting dilakukan untuk menghindari
Sindroma Koroner Akut.
Berdasarkan latar belakang
tersebut, penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi tentang lama rawat inap,
jenis obat dan biaya yang dikeluarkan
selama dirawat di rumah sakit oleh pasien dengan Sindroma Koroner Akut di Rumah Sakit Umum Pusat HajiAdam Malik
di tahun 2011.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang yang telah
dibicarakan, dirumuskan beberapa masalah, yaitu: 1.
Apakah jenis obat yang digunakan untuk pasien rawat inap dengan jkj jjjjjSindroma
Koroner Akut di Rumah Sakit Haji Adam Malik ? 2. Berapakah biaya obat untuk pasien rawat inap
dengan Sindroma Koroner jjkjAkut ? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui jenis dan biaya obat yang
digunakan pada pasien dengan Sindroma
Koroner Akut di Rumah Sakit Umum Pusat
Haji Adam Malik Medan di tahun 2011 1.3.2
Tujuan Khcontoh makalahs 1.
Mengetahui jenis Sindroma Koroner Akut yang paling banyak terjadi 2. Mengetahui jenis obat yang digunakan untuk
penatalaksanaan Sindroma ffffKoroner
Akut pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji ffffAdam Malik 3. Mengetahui jenis obat yang paling banyak
digunakan untuk mengatasi feffSindroma
Koroner Akut pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum ffffPusat Haji Adam Malik Contoh makalah 4. Mengetahui
biaya pengobatan penderita Sindroma Koroner Akut di ..
..Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik.
1.4 Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini,memberikan manfat untuk :
1. Peneliti o
Menambah wawasan dan perkembangan ilmu pengetahuan bagi penulis tentang Sindroma Koroner Akut dan obat yang
digunakan dalam penatalaksanaannya.
o
Mengetahui rata-rata lama rawat inap pasien dengan Sindroma Koroner Akut.
2. Dokter o
Mengetahui jenis obat dan jumlah biaya yang dibutuhkan pasien rawat inap dengan Sindroma Koroner Akut di Rumah
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik o Menjadi bahan pertimbangan dalam memilih
pengobatan bagi pasien rawat inap dengan
Sindroma Koroner Akut 3. Pihak lain dan masyarakat o Menambah wawasan, terutama pada penyakit
Sindroma Koroner Akut beserta harga pengobatan dan jenis obat yang digunakan
untuk penatalaksanaan Sindroma Koroner
Akut.
o
Menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya Contoh makalah
0 komentar:
Posting Komentar