Download Skripsi Kedokteran:Tingkat Kebiasaan Berolahraga Pada Pasien Depresi Di Poliklinik Psikiatri
BAB PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Olahraga
merupakan petualangan tubuh dan jiwa manusia menuju suatu kesatuan yang harmonis. Latihan olahraga dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu latihan aerobik dan anaerobik. Latihan anaerobik
dilakukan tanpa mengonsumsi oksigen yang
tinggi dalam setiap detak jantung. Contohnya pada saat push-up adakalanya kita menahan nafas selama beberapa detik sementara jantung kita terus berdetak ( Leonardo dalam Gunarsa, dkk, 1999 ).
Latihan aerobik adalah latihan dengan
menggunakan oksigen. Artinya bahwa seseorang
mengonsumsi volume oksigen yang tinggi setiap detak jantung selama melakukan kegiatan kegiatan olahraga. Jadi
olahraga aerobik bukan hanya senam aerobik
tetapi banyak jenis olahraga lain seperti jogging, bersepeda, berenang, jalan cepat, dan lari lintas alam yang merupakan
bentuk-bentuk pilihan olahraga yang dapat
meningkatkan harapan hidup yang lebih lama dan untuk hidup sehat ( Dinata, 2003).
Pribahasa yang berbunyi ” mens sana in corpore
sano ” yang menyatakan di dalam tubuh
yang sehat terdapat jiwa yang sehat, sampai sekarang ini masih banyak digunakan dalam penelitian mengenai olahraga,
hubungan antara tubuh dan jiwa juga diperkuat oleh pemberitaan diberbagai media
mengenai olahraga dan kebugaran fisik yang
dapat melindungi kita dari stres dan
bahaya yang ditimbulkan terhadap kesehatan
(Kremer dan Deidre, 1994).
Olahraga dapat membantu individu mengatasi
stres, depresi ringan, dan memperbaiki
mood. Olahraga berhubungan negatif dengan depresi dan kecemasan artinya dengan berolahraga secara teratur maka
depresi dan kecemasan semakin menurun
sebagian studi menunjukkan bahwa orang
yang berolahraga atau yang memiliki
tubuh bugar mengalami kecemasan, depresi dan tekanan hidup lebih kecil dari pada mereka yang tidak berolahraga
(Bryant, psikologi olahraga di ACE dalam Lubis dan Simanjuntak ).
Istilah depresi sudah begitu populer dalam
masyarakat dan semua orang yang mengetahiunya,
termasuk orang yang awam dalam kedokteran dan psikologi. Akan tetapi, arti depresi yang sebenarnya sukar
didefenisikan secara tepat. Istilah dan kata yang identik maknanya dengan depresi dalam
bahasa indonesia sehari-hari tidak ada.
”sedih” tidak identik dengan depresi demikian
juga dengan ”putus asa”, meski keduanya
merupakan gejala penting bagi depresi.
Depresi adalah kata yang memiliki banyak
nuansa arti. Sebagian besar diantaranya
kita pernah merasa sedih atau jengkel, menjalani kehidupan yang penuh masalah, merasa kecewa, kehilangan, dan
frustasi, dengan mudah menimbulkan ketidak
bahagiaan dan keputusasaan. Namun, secara umum perasaan demikian itu cukup normal dan merupakan reaksi sehat yang
berlangsung cukup singkat dan mudah
dihalau (Lubis, 2009).
Depresi adalah suatu perasaan sendu atau sedih
yang biasanya disertai dengan diperlambatnya
gerak dan fungsi tubuh, mulai deri perasaan murungsedikit sampai pada keadaan tidak berdaya (Jonatan Trisna).
Depresi sebagai suatu gangguan mood yang dicirikan tidak ada harapan dan patah
hati, ketidakberdayaan yang berlebihan, tidak
mampu mengambil keputusan melalui suatu kegiatan, tidak mampu konsentrasi, tidak punya semangat hidup, selalu tegang, dan
mencoba bunuh diri (Atkinson, 1991).
Menurut kriteria dari DSM IV-TR (2000)
seseorang dikatakan menderita depresi
jika mengalami keadaan mood depresi
lebih dari 2 minggu, dan pada seseorang
yang baru mengalami kejadian yang menimbulkan kesedihan berat, misalnya baru saja mengalami kematian orang
yang sangat dicintai, depresi harus sudah
berlangsung selama 5 minggu.
Penelitian di LaFountaine terhadap 58 orang
dewasa Amerika yang bekerja dikantor (bekerja
dengan duduk) menemukan bahwa 10-25% dari mereka mengalami depresi kecemasan ringan sampai berat, dan 50% dari
mereka yang melakukan olahrga secara teratur
mengalami penurunan depresi dan
kecemasan setelah enam bulan (Cox, 2002).
Penelitian yang dilakukan di university of
texas dari 40 orang penderita gangguan depresi mayor yang berumur antara 18
hingga 55 tahun, tidak sedang mengkonsumsi
obat anti depresan dan tidak berolahraga dengan teratur. Mereka kemudian dibagi sama banyak kedalam dua grup,
grup pertama diperintahkan untuk berjalan
diatas treadmill selama 30 menit sementara grup kedua hanya duduk diam dalam jangka waktu yang sama. Mood mereka di
survei lima menit sebelum sesi dimulai,
juga 5, 30, 60 menit setelahnya. Dari hasil survei tersebut pada kedua grup ditemukan penurunan dalam perasaan-perasaan
negatif (seperti ketegangan, depresi, rasa
marah, dan kelelahan) usai sesi dilakukan. Namun hanya grup pertama yang merasa lebih baik, lebih bersemangat, dan
merasa lebih sejahtera secara psikologis.
Contoh Skripsi Kedokteran:Tingkat Kebiasaan Berolahraga Pada Pasien Depresi Di Poliklinik PsikiatriDownloads Versi PDF >>>>>>>Klik Disini
0 komentar:
Posting Komentar